Hiswanamigas memastikan agen maupun pangkalan elpiji tidak akan menjual diatas HET. Tetapi apabila di lapangan terjadi penjualan elpiji diatas HET, dipastikan berasal dari pengecer, bukan agen maupun pangkalan resmi.
“Pangkalan tidak boleh menjual diatas HET. Kalau diatasnya, itu pasti pengecer, karena mereka ambilnya di pangkalan. Sementara kami hanya bisa melakukan pemantauan sampai tingkat pangkalan, ” imbuh David.
Dalam memantau ketersediaan elpiji di lapangan, Hiswanamigas Kediri menerjunkan Satgas Pantau Elpiji. Mereka bergabung dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dari Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Di dalam TPID ini juga ada unsur Kepolisian dan Pertamina.
“Personil kami yang ada di Satgas Pemantau Elpiji hanya ada dua, kemudian kepolisian ada dua orang, Pemerintah Daerah dua orang, dan Pertamina dua orang. Sehingga totalnya antara delapan sampai 10 orang. Tugas mereka monitoring di lapangan. Kalau ada kelangkaan, kita terjun ke lapangan untuk melakukan pengecekan. Setelah itu, kita mengajukan tambahan ke Pertamina sampai pada kegiatan dropping,” pungkasnya.
Data dari Hiswanamigas Kediri menyebutkan, total fakultatif penambahan pasokan elpiji melon untuk wilayah Kabupaten Trenggalek sampai 14 Juni 2018 sebesar 38.640 tabung.
Rinciannya, pada 1 Juni sebesar 10.080 tabung, 5-8 Juni sebesar 11.760 tabung,11-14 Juni sebesar 16.800 tabung.
Sementara untuk wilayah Kabupaten Tulungagung, pada 1 Juni 2018 sebanyak 21.280 tabung, 5- 8 Juni 2018 sebanyak 20.720 tabung, 11 – 14 Juni 2018 sebanyak 35.840 tabung. Sehingga totalnya sebanyak 77.480 tabung.(bud)