Kediri – Himpunan Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswanamigas) Kediri tidak ada kelangkaan dan menjamin ketersediaan gas elpiji untuk kebutuhan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438 H.Bahkan, Hiswanamigas Kediri menerjunkan Satuan Tugas (Satgas) Pemantau Elpiji untuk mencegah terjadinya kelangkaan.
“Ketersediaan elpiji, khususnya melon (ukuran 3 kilogram) aman-aman saja. Tidak ada kendala di lapangan terutama di Karesidenan Kediri, termasuk di Tulungagung dan Trenggalek,” kata Ketua Hiswanamigas Kediri, David Tompo Iswahyudi ditemui di Depot Pertamina Kediri Jalan Sultan Agung, No 52, Kota Kediri, Senin (11/6/2018).
Menurutnya, mendekati Lebaran, permintaan gas elpiji di wilayah kerja Hiswanamigas Kediri yang meliputi Karesidenan Kediri meningkat. Penyebabnya adalah tradisi mudik lebaran. Dimana, masyarakat menambah konsumsi gas elpiji untuk keperluan memasak untuk keluarga.
“Karena ini menjelang Lebaran, otomatis pendatang semakin banyak, keluarga banyak dan mereka masaknya luar biasa. Sehingga terjadi peningkatan permintaan elpiji,” beber David.
Melihat adanya fenomena ini di lapangan ini, Hiswanamigas Kediri mengambil kebijakan untuk menambah pasokan gas elpiji melalui permintaan ke Pertamina.
“Ada penambahan pasokan yang artinya bersifat fakultatif pada hari libur antara 5-10 persen. Dan terus kita pantau perkembangannya di lapangan. Kalau pengguna masyarakat terus meningkat, kita tambah pasokannya,” tegasnya.
Selain menjamin ketersediaan stok elpiji, Hiswanamigas juga memastikan harga elpiji dijual sesuai dengan Harga Eceran Tetap (HET). Untuk gas elpiji ukuran 12 kilogram seharga Rp 140 ribu per tabung, Bright Gas Rp 36 ribu dan elpiji melon subsidi pemerintah Rp 16 ribu per tabung.
“Kita imbau kepada masyarakat kalau membeli elpiji melon, belinya di agen resmi elpiji dengan harga Rp 16 ribu,” tegas David.
Hiswanamigas memastikan agen maupun pangkalan elpiji tidak akan menjual diatas HET. Tetapi apabila di lapangan terjadi penjualan elpiji diatas HET, dipastikan berasal dari pengecer, bukan agen maupun pangkalan resmi.
“Pangkalan tidak boleh menjual diatas HET. Kalau diatasnya, itu pasti pengecer, karena mereka ambilnya di pangkalan. Sementara kami hanya bisa melakukan pemantauan sampai tingkat pangkalan, ” imbuh David.
Dalam memantau ketersediaan elpiji di lapangan, Hiswanamigas Kediri menerjunkan Satgas Pantau Elpiji. Mereka bergabung dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dari Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Di dalam TPID ini juga ada unsur Kepolisian dan Pertamina.
“Personil kami yang ada di Satgas Pemantau Elpiji hanya ada dua, kemudian kepolisian ada dua orang, Pemerintah Daerah dua orang, dan Pertamina dua orang. Sehingga totalnya antara delapan sampai 10 orang. Tugas mereka monitoring di lapangan. Kalau ada kelangkaan, kita terjun ke lapangan untuk melakukan pengecekan. Setelah itu, kita mengajukan tambahan ke Pertamina sampai pada kegiatan dropping,” pungkasnya.
Data dari Hiswanamigas Kediri menyebutkan, total fakultatif penambahan pasokan elpiji melon untuk wilayah Kabupaten Trenggalek sampai 14 Juni 2018 sebesar 38.640 tabung.
Rinciannya, pada 1 Juni sebesar 10.080 tabung, 5-8 Juni sebesar 11.760 tabung,11-14 Juni sebesar 16.800 tabung.
Sementara untuk wilayah Kabupaten Tulungagung, pada 1 Juni 2018 sebanyak 21.280 tabung, 5- 8 Juni 2018 sebanyak 20.720 tabung, 11 – 14 Juni 2018 sebanyak 35.840 tabung. Sehingga totalnya sebanyak 77.480 tabung.(bud)