Oleh Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi WartaTransparansi
Sabtu, tanggal 4 Desember sekitar pukul 14:47 tiba-tiba Gunung Semeru memberikan tanda mendadak akan mengeluarkan lava. Tentu saja sangat mengagetkan BMKG terutama warga sekitar.
Dalam waktu sekejap Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru tumpah ruwah dengan diiringi erupsi atau letusan kecil seperti manusia “bersin” diiringi batuk ringan.
Ketika Gunung Berapi Semeru “bersin” diselingi “batuk” itulah bencana alam terjadi sejumlah dusun di bawah lereng Gunung Semeru tenggelam. Bahkan sungai penadah pasir pun tiba-tiba penuh dengan bongkahan lava panas dan lahar dingin.
Batuk dalam bahasa kesehatan populer adalah ledakan udara keluar dari dalam saluran napas yang berada di rongga dada yang menimbulkan bunyi yang khas. Ledakan udara ini menimbulkan efek mendorong keluar semua benda yang ada di sepanjang saluran napas.
Proses pendorongan inilah merupakan fungsi utama batuk yaitu mendorong keluar lendir yang berlebihan di produksi pada saat saluran napas kita sedang mengalami radang akibat berbagai hal.
Normalnya saluran napas kita memproduksi lendir dalam jumlah secukupnya. Lendir ini berperan untuk memerangkap berbagai benda asing renik yang melayang masuk hingga ke saluran napas ujung. Benda asing renik ini kemudian akan di dorong ke arah pangkal saluran napas oleh mekanisme mirip ban berjalan yang disebut bersihan mukosilier.
Bila volumenye sudah cukup besar, kombinasi benda asing renik dan lendir yang memerangkapnya akan merangsang reseptor yang kemudian membangkitkan mekanisme batuk, dan mendorongnya keluar. Benda asing padat cukup besar atau cairan minuman atau makanan yang seharusnya masuk ke saluran makanan namun keliru masuk ke saluran napas juga akan membangkitkan mekanisme batuk.
Batuk berperan sebagai pelindung dan penjaga saluran napas kita.
Begitulah peranan batuk sebagai bagian dari mekanisme pertahanan saluran napas untuk menjaganya dari berbagai benda asing. Dapat kita lihat bahwa batuk merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kita. Jika kita tidak mempunyai mekanisme batuk maka kita akan tenggelam oleh lendir saluran napas kita. Benda asing dari luar dan kuman akan leluasa masuk dan menyebabkan kerusakan dan penyakit di saluran napas kita.
Mencermati peran batuk tersebut, batuk ternyata sangat bermanfaat. Batuk adalah kawan.
Sedangkan Bersin adalah keluarnya udara semi otonom yang terjadi dengan keras lewat hidung dan mulut. Udara ini dapat mencapai kecepatan 70 m/detik (250 km/jam).
Bersin dapat menyebarkan penyakit lewat butir-butir air yang terinfeksi yang diameternya antara 0,5 hingga 5 µm. Sekitar 40.000 butir air seperti itu dapat dihasilkan dalam satu kali bersin.
Bersin merupakan reaksi penyesuaian untuk menyingkirkan ingus yang mengandung partikel atau gangguan asing dan membersihkan rongga hidung. Saat bersin, lelangit (“palate”) lembut dan uvula lendut sementara belakang lidah naik untuk menutup sebagian rute ke mulut agar udara yang disingkirkan dari paru-paru bisa dikeluarkan melalui hidung. Oleh karena penutupan mulut adalah sebagian, sejumlah besar udara ini biasanya juga dikeluarkan melalui mulut
Bersin biasanya sering dihubungkan dengan penyakit influenza atau pilek. Tetapi sebenarnya ini bukan hanya gejala penyakit influenza saja ini juga merupakan gejala penyakit pernapasan (misalnya rhinitis, dan selesma). Kadang kala kita bersin ketika pilek, ingus akan terdorong keluar dari dalam hidung. Ini dapat menularkan virus kepada orang di sekitar kita. Untuk itu tutuplah mulut dan hidung dengan saputangan untuk mencegah penyebaran virus tersebut.
Peristiwa erupsi Gunung Berapi Semeru juga hampir sama dengan ketika manusia bersin dan batuk. Tetapi gunung dengan kekayaan alam dan mengatur keseimbangan dengan bumi mengeluarkan isi perut bumi dan isi perut gunung, guna menjaga keseimbangan dengan erupsi atau letusan sesuai dengan situasi dan kondisi.
Gunung berapi atau gunung api atau vulkan secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi Mahameru atau Semeru di belakang. Latar depan adalah Kaldera Tengger termasuk Bromo, Jawa Timur, Indonesia.
Gunung berapi di Bumi terbentuk dikarenakan keraknya terpecah menjadi 17 lempeng tektonik utama yang kaku yang mengambang di atas lapisan mantel yang lebih panas dan lunak.
Oleh karena itu, gunung berapi di Bumi sering ditemukan di batas divergen dan konvergen dari lempeng tektonik. Gunung berapi biasanya tidak terbentuk di wilayah dua lempeng tektonik bergeser satu sama lain.
Bahaya dari debu vulkanik adalah terhadap penerbangan khususnya pesawat jet karena debu tersebut dapat merusak turbin dari mesin jet.
Letusan besar dapat mempengaruhi suhu dikarenakan asap dan butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan dapat menghalangi matahari dan mendinginkan bagian bawah atmosfer bumi seperti troposfer, tetapi material tersebut juga dapat menyerap panas yang dipancarkan dari bumi, sehingga memanaskan stratosfer.
Lebih lanjut, istilah “gunung api” juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcano (gunung api es) dan mud volcano (gunung api lumpur). Gunung api es biasa terjadi di daerah garis lintang tinggi yang mempunyai musim dingin bersalju.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire).
Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik dan lebih, dimana Lempeng Pasifik saling bergesek dengan lempeng-lempeng tetangganya.
Gunung berapi dapat dijumpai dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah fase menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.
Namun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu yang sangat lama, lebih dari ribuan tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali.
Letusan gunung berapi terjadi apabila magma naik melintasi kerak bumi dan muncul di atas permukaan. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magma di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lava, dimana lava ini dapat berubah menjadi lahar setelah mengalir dan bercampur dengan material-material di permukaan bumi.
Selain dari aliran lava, kehancuran yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
Ilmu yang mempelajari gunung berapi dinamakan Vulkanologi, dimana ilmu ini mempelajari letusan gunung berapi untuk tujuan memperkirakan kemungkinan letusan yang bisa terjadi dari suatu gunung berapi, sehingga dampak negatif letusan gunung berapi dapat ditekan.
Peristiwa Gunung Berapi Semeru Erupsi dengan letusan sesaat dan daya letus tidak terlalu besar, layaknya manusia “bersin” dan “batuk”. Tetapi peristiwa itu sudah menjadi bencana alam sangat dahsyat dengan korban jiwa sudah puluhan, dan korban luka ringan serta berat mencapai ratusan.
Kerusakannya rumah dan infra struktur akibat Semeru “bersin” masih dalam proses pendataan, tetapi cukup banyak. Bahkan tidak tertutup kemungkinan dilakukan pemindahan dusun terdampak karena sudah tidak layak huni.
Kesamaan erupsi atau letusan gunung dengan manusia batuk dan bersin sama mengeluarkan isi masing-masing untuk menjaga keseimbangan. Perbedaannya karena “bersin” dan “batuk” manusia lebih banyak ditangani sendiri oleh tubuh manusia. Sementara “batuk” dan “bersin” gunung membawa perubahan pada alam sekitar.
Percayalah! Allah SWT tidak memberikan beban hamba-Nya di luar kemampuan. Juga memberikan musibah bencana alam karena untuk peringatan. Maka barang siapa mengambil hikmah dengan banyak bersyukur, bersabar, dan bersujud semua dalam pengabdian kepada Sang Kholiq, maka itulah sesungguhnya kenikmatan kehidupan di alam dunia yang penuh dengan fatamorgana.
“Bersyukurlah! Allah SWT menambah kenikmatan”, “Bersabarlah! Karena Allah SWT bersama orang-orang yang sabar”, “Bersujudlah! Karena manusia Allah SWT menciptakan jin dan manusia untuk pengabdi (beribadah) dengan bersujud kepada Nya”. (*)