Tak ada rotan akar pun jadi.
Tak ada Prabowo Hashim pun jadi.
Tak gampang mendapatkan waktu dari Capres 02 di tengah kesibukannya
sekarang. Tapi, beruntung ada Hashim Djojohadikusumo yang bisa
menggantikannya.
Dalam dunia sepakbola dikenal istilah _super-sub,_ pemain pengganti
yang super istimewa. Ia bukan pemain utama dalam _line up_. Tapi,
setiap kali ia diturukan ke lapangan ia akan memberikan gol penentu
yang memenangkan tim. Itulah posisi Hashim. Ia pemain supersub. Ia
turun pada saat yang tepat dan pada saatnya akan mencetak gol penentu
kemenangan.
Beberapa waktu setelah Reuni 212 serangan terhadap prabowo makin
kencang. Prabowo pun menyuarakan kekecewaan terhadap media dan
mengambil jarak. Ketika Prabowo defensif terhadap media, Hashim justru
ofensif datang ke dapur media, atau mengundang media untuk ngobrol.
Hashim menguasai isu-isu penting dan paham visi misi, serta memahami
psikologi Prabowo. Makanya seorang wartawan senior nyeletuk, “Pak
Hashim ini seperti replika Prabowo…”
Ia mengagumi kakaknya. Meskipun, sebagai adik ia tetap diperlakukan
sebagai junior.
Prabowo muslim, Hashim nasrani, mereka saling menghormati dan
menyayangi. Pelajaran demokrasi dimulai dari keluarga.
Ia bukan sekadar kasir seperti banyak diduga orang selama ini, ia
jurubicara terbaik Prabowo yang tidak hanya memahami visi misi (karena
ia terlibat langsung), tetapi memahami _asbab al nuzul_ dan _asbab al
wurudnya_, plus sejarah dan suasana kebatinannya.
Prabowo memikirkan nasib bangsa Indonesia sejak jauh hari ketika ia
masih kolonel muda di awal 1990an. Ketika itu Prabowo mengirim surat
kepada petinggi ABRI mengenai nasib bangsa kedepan. Ia, terutama,
menyoroti bahaya stunting, cebol karena kurang gizi, yang bisa
menyebabkan Indonesia mengalami _lost generation._ Stunting akan
menghambat pertumbuhan fisik dan mental. Secara fisik anak Indonesia
akan cebol dan kecerdasan rendah.
Hashim terkagum-kagum oleh pemikiran kakaknya yang visioner. “Saya
heran ada kolonel kok mikir soal stunting.”
Saat ini setidaknya satu di antara tiga balita Indonesia terancam stunting.
Prabowo pun mencanangkan program Indonesia Emas yang sekarang menjadi
salah satu program unggulannya. Targetnya, seluruh balita di Indonesia
harus mendapat gizi cukup paling tidak seliter susu sehari plus
nutrisi lain dari ikan atau kacang-kacangan.
Kebijakan inilah yang diterapkan oleh pemerintah China sehingga mereka
bisa memetik hasilnya dengan generasi unggul sekarang ini.
Ketika Prabowo menyuarakan kekecewaannya kepada media massa nasional
pasca-Reuni 212, banyak kalangan melihat Prabowo sengaja menerapkan
strategi kill the messenger dengan _men-down-grade_ media _mainstream_
untuk mempromote media sosial sebagai alternatif.
Ketika media mainstream menjaga jarak (kalau tidak menjauhi) dari
Prabowo, Hashim–yang secara formal menjadi direktur media dan
komunikasi BPN–malah aktif melakukan media visit ke hampir semua
media nasional.
Ia juga mengadakan _coffee morning_ dengan pemimpin redaksi dan
berbicara berjam-jam kepada mereka. “Ini bebas, _on the record_.
Silakan rekam,” kata Hashim di depan 10 pimpinan media Jumat (21/12).
Hampir semua pemimpin redaksi media massa terperangah oleh sikap
Hashim yang _bold and blunt_ alias blak-blakan. Ia berbicara mengenai
keprihatinannya terhadap potensi kecurangan pemilu 2019, terutama
karena karut-marut DPT (Daftar Pemilih Tetap. _”I can’t take it
anymore,”_ sergah Hashim mengenai potensi kecurangan karena adanya
jutaan pemilih ganda.