KELUARGA Muhammad Sarmuji besama seribu jamaah yasinan Wonoayu Rungkut dan kader Golkar Jawa Timur melakukan doa bersama untuk 100 hari wafatnya M. Sutojoyo Sulthana Nasir dan Haul Hj. Giyah di Kediaman keluarga Jl. Wonoayu 185 Surabaya, Minggu (5/1/2025).
Dalam mukadimah menyambut kedatangan para jamaah yasinan Muhammad Sarmuji menyatakan, doa bersama dihelat bersamaan 100 hari putranya Sulthan dan haul ibundanya Hj. Giyah.
Terungkap bahwa dalam perjalanan hidupnya pertemuan nenek dan cucunya (Hj. Giyah dan Sulthan) itu hanya sebentar sebentar lantaran cucunya banyak mengahabiskan waktu di Pesantren, Kediri
Selama di pesantren almarhun Sulthan juga belajar bahasa jawa. Ini mengandung maksut supaya bisa berkomunikasi dengan Neneknya dalam bahasa keseharian yakni bahasa jawa dengan baik.
Tapi Allah berkehendak lain bahwa ketika Mak kawulo (Ibu saya) wafat, Sulthan tidak bisa pulang. Itu karena aturan pesantrean Ar Risalah Lirboyo Kediri sangat ketat. Santri tidak bisa meninggalkan tempat begitu saja sampaipun ada keluarga yang meninggal kecuali yang meninggal itu orang tuanya.
Nah saat pulang libur, Sulthan betapa kegetnya karena Neneknya sudah wafat. Kepada ayahnya, Sulthan sempat mengatakan “waduh yah (Ayah, red) kadung (terlanjur) belajar bahasa kromo jowo. ” Ini kalimat kalimtat yang masih saya ingat sampai sekarang,” kata M. Sarmuji bercerita.