Imam menilai, semangat Bung Tomo juga berarti keberanian moral untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah godaan kekuasaan dan pragmatisme. “Korupsi, ketidakadilan, dan apatisme adalah musuh baru bangsa. Melawan penjajahan moral berarti berani jujur, berani adil, dan berani menolak penyalahgunaan kekuasaan,” katanya.
Ia pun mengingatkan bahwa kemerdekaan tidak berarti berhenti berjuang, melainkan tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan dengan kerja nyata. “Bung Tomo pernah berkata, ‘Merdeka bukan berarti berhenti berjuang, tapi berani bertanggung jawab atas masa depan bangsa sendiri.’ Itu pesan yang abadi dan relevan untuk kita semua,” pungkasnya.
Dalam penutup pesannya, Imam berharap momentum Hari Pahlawan 2025 menjadi pengingat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk terus menjaga api perjuangan. “Pahlawan sejati tidak hidup di masa lalu, tapi di hati setiap orang yang terus berjuang untuk bangsanya,” ujarnya.
Untuk diketahui pada tahun 2025, Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 237 tokoh, terdiri atas 219 pria dan 18 wanita. Para pahlawan ini berasal dari berbagai daerah di Tanah Air, dari Aceh hingga Papua, yang mencerminkan keberagaman etnis, budaya, dan semangat perjuangan dalam membela serta mempersatukan bangsa.
Dalam peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025, pemerintah menetapkan 10 tokoh baru sebagai Pahlawan Nasional. Mereka dinilai telah memberikan jasa luar biasa bagi kemerdekaan, persatuan, dan pembangunan bangsa Indonesia.
Berikut daftar 10 Pahlawan Nasional terbaru tahun 2025:
- Jenderal Besar Soeharto (Jawa Tengah),
- KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (Jawa Timur),
- Mochtar Kusumaatmadja (Jawa Barat),
- Sarwo Edhie Wibowo (Jawa Tengah),
- Marisnah (Jawa Timur),
- Hajjah Rahmah El Yunusiyah (Sumatera Barat),
- Sultan Muhammad Salahuddin (Nusa Tenggara Barat),
- Syekhona Muhammad Kholil (Jawa Timur)
- Tuan Rondahaim Saragih Garingging (Sumatera Utara),
- Zainal Abidin Syah (Maluku Utara).
Penetapan ini menegaskan bahwa nilai kepahlawanan tidak lekang oleh waktu. Semangat berjuang bagi bangsa kini tidak hanya diwujudkan di medan perang, tetapi juga melalui pengabdian moral, sosial, dan intelektual demi kemajuan Indonesia.(*)





