“Ketika dia dewasa, dia menanyakan kepada ibunya siapa ayahnya, akhirnya dia pergi ke Kadipaten Surabaya (Balai Kota Surabaya) dengan dibawain oleh ibunya semacam kain sebagai bukti kalau itu adalah dari ibunya,” jelasnya.
Menurut Andri, perjalanan napak tilas dari Lidah Wetan menuju pusat kota melambangkan semangat mencari jati diri sekaligus meneladani nilai sejarah perjuangan. “Diharapkan pemuda-pemudi sekarang bisa mengetahui tentang cerita sejarah Sawunggaling dan juga diharapkan bisa melanjutkan budaya yang sudah ada ini di tahun-tahun berikutnya,” harapnya.
Andri juga menuturkan, tahun ini kegiatan Sembrani Bumi Nusantara juga dirangkaikan dengan peresmian Monumen Ayam Jago di kawasan Lidah Wetan.
“Yang membedakan kalau tahun kemarin itu memang belum ada monumen ayam jago, kalau sekarang sudah ada monumen ayam jago,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Sembrani Bumi Nusantara 2025, Prayugi Imaduddin, mengatakan gelaran tahun ini berlangsung lebih semarak dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Yang pasti tahun ini lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Karena kemarin Alhamdulillah kita di-support terhadap pengumuman, flyer dari pihak-pihak dinas terkait,” ujar Prayugi.
Ia menjelaskan, napak tilas terbuka untuk masyarakat umum, tidak terbatas pada warga Lidah Wetan. Karena itu, para peserta pun datang dari berbagai daerah, mulai Mojokerto hingga Malang.
“Lalu peserta tari (remo) pun sama. Memang kemarin sebagian dari beberapa sekolah yang ada di wilayah Lidah Wetan, kemarin juga diikuti dari beberapa sanggar yang ada di Surabaya,” ungkapnya.
Selain napak tilas, Prayugi menyebut, rangkaian Sembrani Bumi Nusantara 2025 juga menghadirkan sejumlah kegiatan budaya lain.
“Tanggal 8 Oktober ada acara Campursari, lalu tanggal 11 Oktober pagi sampai sore ada Khotmil Qur’an. Malam harinya ada doa bersama tasyakuran di area Lidah Wetan Gang Tengah,” jelas Prayugi.
Prayugi menambahkan, khusus pada Minggu (5/10), terdapat beberapa agenda. Mulai pawai budaya, napak tilas, tari remo, dan teatrikal di Jembatan Sawunggaling serta Taman Bungkul. (*)