21 September, Ada Aksi Perobekan Bendera di ‘Hotel Yamato’ Tunjungan

21 September, Ada Aksi Perobekan Bendera di ‘Hotel Yamato’ Tunjungan
Teatrikal Kolosal Bersejarah Perobekan Bendera “Surabaya Merah Putih” akan digelar Minggu, 21 September 2025, pukul 07.30 WIB.

“Kami ingin mengingatkan kembali kepada generasi muda bahwa arek-arek Surabaya tidak boleh melupakan sejarah. Dulu, banyak pejuang yang rela berkorban nyawa untuk merebut kemerdekaan. Karena itu, di era ini kita tidak seharusnya saling bertikai,” jelas Eri.

Konsep pementasan ini berbeda karena tidak menggunakan aktor profesional, melainkan melibatkan murni arek-arek Suroboyo sendiri.

“Ini membuktikan bahwa generasi muda Surabaya memiliki tradisi yang baik, kreatif dalam membuat konsep, dan mampu membangkitkan semangat perjuangan. Kami berharap aksi ini dapat menjadi penggerak untuk terus menyebarkan jiwa kemerdekaan,” ujarnya.

Eri meyakini bahwa para pemain merasa bangga menjadi bagian dari acara yang menghargai sejarah ini.

“Semangat perjuangan para pahlawan tidak boleh hilang dan dilupakan. Kita harus terus mengingatkan satu sama lain agar tidak melupakan peristiwa heroik ini, karena di dalamnya terkandung tetesan darah para pejuang Surabaya,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Hidayat Syah menjelaskan bahwa pertunjukan ini berdurasi sekitar 90 menit.

“Mengusung skenografi ludrukan khas Surabaya lawasan, pementasan ini menggabungkan elemen teater, tari, puisi, musik keroncong, seni instalasi, dan parade sepeda kuno, yang membangun atmosfer Surabaya tahun 1945 yang penuh ketegangan,” jelas Hidayat.

Hidayat juga memaparkan bahwa Wali Kota akan membuka pementasan dengan membacakan Proklamasi Pemerintahan Republik Indonesia, diikuti adegan dramatik negosiasi dengan pengacara pro-Belanda, Mr. Ploegman.

Klimaksnya, aksi heroik Hariyono yang merobek bendera akan diiringi lagu “Berkibarlah Benderaku”, menambah getaran emosional bagi penonton. Gelaran ini melibatkan 1.000 pemain yang terdiri dari gabungan seniman dan pelajar.

“Skenario teatrikal ini tak hanya sekadar rekonstruksi sejarah, tetapi juga panggung edukasi publik yang menyentuh emosi dan memantik kesadaran generasi muda tentang harga mempertahankan kemerdekaan,” tandasnya. (*)

Editor: Wetly