Untuk pencegahan stunting, Pemkot Surabaya juga terus berkolaborasi dengan kelurahan dan kecamatan dalam melahirkan berbagai inovasi. Selain itu, Pemkot Surabaya aktif menggandeng perusahaan-perusahaan melalui program CSR dan memberdayakan Kader Surabaya Hebat (KSH) sebagai pendamping ibu hamil hingga anaknya balita.
“Pemkot Surabaya tidak akan berhenti berinovasi dalam pencegahan perkawinan anak usia dini dan penurunan angka stunting,” kata dia.
Di samping itu, ia juga menyampaikan keprihatinan tentang tingginya angka perceraian di Jawa Timur, yang menurut Asisten Pemerintah Provinsi Jawa Timur, menjadi perhatian serius.
“Ini kita juga harus bersiap bagaimana Pemkot Surabaya bisa meminimalisir tingkat perceraian, salah satunya melalui program-program kami terkait dengan ketahanan keluarga,” ungkapnya.
Ke depan, Pemkot Surabaya akan memperkuat kolaborasi lintas sektor serta mengajak peran serta masyarakat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama untuk mencegah perkawinan anak usia dini, serta menangani stunting.
“Seperti yang tengah digaungkan Bapak Wali Kota Eri Cahyadi, yakni untuk mewujudkan Kampung Pancasila di Surabaya. Banyak sektor yang harus disentuh dan masyarakat harus terlibat langsung. Jadi tidak hanya pemerintah saja yang bergerak, kita kolaborasi dengan masyarakat untuk mewujudkan Kampung Pancasila,” pungkasnya. (*)