“Maka dari itu, saya mengajak generasi muda untuk lebih cermat dan kritis dalam menerima serta menyebarkan informasi. Verifikasi itu penting. Jangan sampai kita menjadi penyambung lidah dari informasi sesat, atau bahkan ikut mempromosikan bahaya tanpa sadar,” ujarnya.
Namun, Hima tak hanya bicara tentang ancaman. Ia juga mendorong peran aktif generasi digital untuk melawan balik melalui jalur kreatif.
“Ruang digital harus kita isi dengan konten positif, edukatif, dan inspiratif. Kampanyekan gaya hidup sehat dan bebas narkoba. Jadilah konten kreator yang memberdayakan,” tegasnya.
Sebagai edukator digital marketing, Hima juga memberi peringatan soal pentingnya menjaga privasi data pribadi di internet. Ia mencontohkan, banyak modus penyalahgunaan narkoba yang bermula dari pencurian atau penyalahgunaan data pribadi.
“Jangan asal klik, jangan sembarangan share. Data pribadi kita bisa jadi pintu masuk bagi kejahatan. Maka literasi digital itu bukan cuma soal postingan atau konten, tapi juga kesadaran penuh atas identitas digital kita,” tambahnya.
Lewat platform Ngajipreneur yang ia dirikan, masih kata Hima memadukan dakwah, kewirausahaan, dan literasi digital sebagai satu kesatuan gerakan yang memberdayakan. Menurutnya, dunia digital bukan musuh tetapi ladang amal dan edukasi jika digunakan secara bijak.
Melalui kegiatan seperti ini, ia pun berharap masyarakat semakin sadar bahwa literasi digital adalah bagian penting dalam membentengi diri dari pengaruh negatif narkoba.
“Mari kita bersama-sama menjadi bagian dari generasi digital yang cerdas, beretika, dan berkontribusi positif dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di Indonesia,” ungkap Hima.
Terpisah, Ketua Tim Pencegahan BNN Kabupaten Kediri, Rusdi Danur Windo, mengapresiasi kolaborasi kehadiran tim ngajipreuner dengan BNN. Menurutnya, literasi digital menjadi kebutuhan mutlak di era informasi saat ini.
Adanya tim ngajipreuner dapat menambah wawasan bagi relawan anti narkoba di Desa Baye tentang literasi digital, apalagi di zaman sekarang setiap relawan harus melek media sosial.
“Melek medsos saja tidak cukup. Hati-hati saat berbagi informasi. Pahami dulu isinya, jangan asal kirim,” ujarnya.
Bimbingan teknis P4GN ini diikuti oleh 30 orang perwakilan dari berbagai unsur masyarakat baik kelompok ibu-ibu PKK, kader kesehatan desa, karang taruna, perangkat desa, RT/RW, tokoh masyarakat, hingga tokoh agama. Mereka diberi pemahaman tentang pentingnya menggunakan media sosial secara bijak sebagai sarana kampanye anti-narkoba.
“Harapan kami, para relawan ini tak hanya lebih paham soal media sosial, tapi juga bisa menjadi agen penyebar pesan-pesan positif anti-narkoba di lingkungannya,” tutup Rusdi.(*)