Suatu Siang Sepasang Kakek Nenek Di Stasion Kereta MRT

Suatu Siang Sepasang Kakek Nenek Di Stasion Kereta MRT

Dalam kereta, kuarahkan mereka duduk di tempat duduk paling ujung, khusus untuk penumpang lanjut usia. Aku duduk di seberangnya Kereta pun berjalan.

“Bapak – Ibu mau ke stasion mana?” tanyaku.
“HI,” jawab si Kakek
“Saya temenin sampai sana,” ujar diriku. “Bapak mau kemana lagi dari stasion HI?”
“Hotel Pullman.”
“Saya antar sampai depan hotel.”
“Tapi dari sana yang mau antar istri ke Cikini dulu, naik taksi.”
“Saya bantuin cariin dan berhentiin taksi.”
“Bapak sendiri mau kemana?”
“Saya sih gampang. Biasa naik MRT. Turun dimana saja gak soal,” kilahki agar mereka tak sungkan menerima “bantuanku.”

Di sepanjang jalan aku tanya berapa umur si kakek. Dia menjawab 76 tahun. Begitu juga si nenek yang merupakan istrinya berumur sama. Berarti 10 tahun lebih tua dibanding diriku yang berusia 66 tahun.
Nama kakeknya Sukono. Sedangkan neneknya bernama Heppy.

Menjawab pertanyaanku, si kakek menerangkan, mau mengajar di hotel Pullman tentang good goverment.

Lantaran situasi dalam kereta tak mungkin banyak bercakap, aku tak banyak tanya lebih detail lagi.

Sampai di stasion HI, aku arahkan lagi mereka ke tempat lift. Lalu tap lagi kartu keluar. Aku carikan arah menuju Bundaran HI dan hotel Pullman. Koper kembali aku bawaiin.

“Kalau di daerah Cikini saya agak hafal. Dulu saya tinggal di jalan Cilosari,” aku menerangkan saat menuju lift.
“Oh dulu kami SD juga sekolah di Percik (Perguruan Cikini),” katanya.
“Dulu kalau saya ke sana, saya jalan kaki saja. Cilosari cuma selangkah dari sekolah itu.”
Kami naik lift.
“Saya dulu punya teman di jalan Cimandari.”
“Siapa? Kemungkinan saya kenal, karena kami dulu bermain di lingkungan dan sesama saling kenal.”
“Dia seangkatan saya. Sekelas saya di Percik. Juga sekelas dengan Heppy,”terangnya.
Sebelum dia menlanjutkan, aku sudah menebaknya. “Dokter Suyono. Anaknya Prof Iman Santoso,” kataku yakin.
“Iya betul.”
“Mereka keluarga terpelajar dan terkenal cerdas.”
“Iya.”
“Sampai sekarang saya masih sering WA-Waan dengan dokter Suyono.”
“Oh begitu?”

Lift terbuka dan kami keluar.

Sebelum berjalan ke arah hotel Pullman, Sukono minta kami foto bersama lebih dahulu. Kebetulan disana ada seorang bapak-bapak. Tanpa sungkan kami minta tolong difotokan. Satu pake HP Pak Sukono, satu pake HP milikku. Hasilnya foto yang aku tayangkan disini.

Selesai berfoto, aku cegatkan taksi. “Tolong dibantu orang tua ini,” kataku kepada supir taksi. Supir taksipun turun membantu meletakan koper di bagasi, lantas taksi meluncur. Dan kami pun berpisah.

Aku kembali ke stasion MRT HI. Karena sudah siang, ke aku ke Plaza Indonesia. Mencari teman lewat WA untuk makan siang dulu. Untung ada kawan-kawan dari kantor yang mau makan di salah satu restoran Jepang disana. Makan bersamalah kami.

Setelah makan, aku segera mengirim foto kami ke dokter Suyono.
“Oh kenal juga dengan mereka?” tanya dokter Suyono lewat WA
“Sebenarnya tidak,” jawaku. Lantas aku cerita seperti kejadian di atas
“Heppy itu anaknya Prof Selo Sumardjan,” katanya.

Kini gilirnaku yang kaget. ”Wah, Prof Selo Sumardjan itu dosen saya. Dia Bapak Sosiologi Indonesia,” kataku.
Begitulah.*