Kerja sama ini diteken pada Senin 26 Mei 2025. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kediri, Tutik Purwaningsih, menjelaskan bahwa pola kemitraan dengan Surabaya sedikit berbeda dari yang dilakukan dengan DKI Jakarta. Jika di Jakarta, pelaksanaannya melalui badan usaha milik daerah (BUMD), maka bersama Pemkot Surabaya, transaksi dilakukan langsung antar pelaku usaha.
“Komoditas yang sudah masuk perjanjian saat ini adalah cabai. Asosiasi petani cabai Kediri sudah mulai mengirimkan hasil panennya ke Surya Kreasi Pangan (SKP) Surabaya,” ujar Tutik dalam keterangan tertulisnya, Selasa 27 Mei 2025.
Saat ini, kedua belah pihak masih dalam tahap penghitungan kebutuhan cabai di wilayah Surabaya. Meski pelaksanaan teknisnya antar pelaku usaha, pemerintah daerah tetap menjalankan fungsi pengawasan. Apabila muncul persoalan, seperti keterlambatan pembayaran atau gangguan distribusi barang, dinas terkait akan turun tangan sesuai kesepakatan kerja sama.
Tutik menyebutkan, peluang kerja sama ini terbuka lebar untuk komoditas lain.
“Kemarin saat diskusi dengan SKP, kami tawarkan potensi lain dari Kediri. Ada telur, ada beras — kualitas dan produksinya sangat luar biasa,” katanya.
Langkah Mas Dhito membangun kerja sama dengan kota-kota besar ini sejatinya bukan hal baru. Sejak masa kampanye periode kedua, ia memang berkomitmen menata ulang rantai pasok hasil pertanian di Kediri. Salah satu keluhan petani yang kerap ia dengar adalah kesulitan memasarkan hasil panen saat musim raya, apalagi ketika harga anjlok.
“Supaya harga panen ini tetap terjaga, kita rembugan dengan kota-kota besar yang tidak punya lahan pertanian. Daerah-daerah urban ini butuh suplai pangan dari kita,” ujar Mas Dhito.
Bupati muda ini berharap, kerja sama antar daerah seperti ini tak hanya mampu mengatasi persoalan pasca panen, tapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan petani dan buruh tani di Kabupaten Kediri. Program ini sejalan dengan prioritasnya di periode kedua yang fokus menurunkan angka kemiskinan ekstrem.(*)