Dalam pengelolaannya, Pemdes Watukebo melibatkan kelompok peternak ayam petelur dan warga sekitar. Tujuannya untuk peningkatan ekonomi, sekaligus transfer ilmu. Selain warga bisa mendapatkan penghasilan, mereka juga bisa belajar cara beternak ayam dari ahlinya, sehingga ke depan program peternakan ayam bisa terus berkembang di Desa Watukebo.
“Saat ini ada 8 orang yang kita libatkan untuk budidaya ayam di kandang. Memang masih sedikit, karena sistem kandang kita sudah semi moderen sehingga tidak semuanya harus manual,” harapnya.
Saat ini ada 1000 ayam petelur yang diternak. Ayam tersebut mampu menghasilkan telur berkualitas tinggi dengan potensi produksi mencapai 85%, atau rata-rata memproduksi 850 butir per hari.
Telur-telur yang dihasilkan dimaksimalkan untuk program ketahanan pangan di desa. Baru sisanya akan dijual ke pasaran. Rata-rata per bulan, desa ini mampu membagi 4000-5000 butir telur kepada ratusan warga yang termasuk dalam kategori kelompok rentan. Seperti warga miskin, lansia, ibu hamil, hingga balita stunting.
“Masing-masing penerima akan mendapatkan 10 butir telur setiap bulannya. Pembagian dilakukan oleh masing-masing kader saat posyandu,” urai Hariyono.
Selain kelompok rentan sebagai penerima wajibnya, tak jarang saat ada kegiatan besar di desa, Pemdes juga membagikan telur gratis kepada warga. Misalnya, saat kegiatan maulid nabi dan pengajian akbar lainnya.
“Begitu juga saat ada warga yang meninggal, biasanya desa ikut menyumbang telur untuk kegiatan pengajian di rumah duka,” ujarnya.
Berjalan hampir satu tahun, program tersebut menunjukkan progres yang positif. “Tahun ini sudah kita anggarkan kembali sebesar Rp. 344 juta. Dana tersebut rencananya untuk penambahan kandang dan pembelian 1.500 bibit ayam petelur. InshaAllah segera kita realisasi setelah Dana Desa cair,” terangnya.
Program tersebut juga berdampak positif pada penurunan angka stunting di desa. Dari 57 balita stunting (2023) berkurang jadi 37 pada 2024. (*)