Diketahui, stunting di Surabaya saat itu sebanyak 28,5 persen tertinggi di Jawa Timur, kini turun menjadi 1,6 persen terendah se-Indonesia. “Karena apa? Teman-teman itu turun, pegawai negeri tidak boleh di kantor. Kalau di kantor, ya nggak bisa menyelesaikan masalah. Kemiskinan saya saat itu sekitar 9 persen, hari ini menjadi 3,9 persen dalam tiga tahun, padahal saat itu kena pandemi Covid-19 dua tahun,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Eri juga membahas soal proposal visi-misi yang akan ia terapkan setelah mengikuti retret kepala daerah mendatang. Setelah mengikuti retret, ia meminta kepada masing-masing kepala perangkat daerah (PD) hingga staf di lingkungan Pemkot Surabaya untuk paparan proposal visi-misi.
“Semua kepala PD, mulai kepala badan, kepala dinas, kepala bagian, itu paparan proposal terhadap visi-misi saya, sehingga mereka harus tahu output-outcome-nya apa. Dia bekerja di mana saja bisa, tapi output-outcome-nya per hari tercapai atau tidak,” ujarnya.
Adanya proposal visi-misi, maka jajaran di lingkungan Pemkot Surabaya akan bisa mengetahui dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Tidak hanya menyelesaikan permasalahan, jajaran Pemkot Surabaya akan lebih tahu data warga miskin, stunting, dan sebagainya. Hal ini, menurutnya relevan dengan adanya efektivitas dan efisien dalam bekerja.
“Maka saya tadi berharap kepada Pak Wamendagri tadi, jadi setiap setahun itu bisa bertemu dua kali membawa masalahnya masing-masing dari semua daerah. Setelah itu kita selesaikan bersama-sama,” harapnya.
Di samping itu, Wamendagri RI, Bima Arya Sugiarto berterima kasih kepada Ketua Dewan Pengurus APEKSI, Eri Cahyadi karena telah mengumpulkan Kepala Bappeda se-Indonesia di dalam forum tersebut. Menurutnya, adanya pertemuan ini bisa menyelaraskan pemikiran terkait adanya efisiensi anggaran yang diterapkan oleh pemerintah pusat.
“Nah, sekarang kita tabung dulu lah kisi-kisinya apa, supaya teman-teman di kementerian bisa mendapat bocoran di daerah seperti apa. Terima kasih kepada Ketua APEKSI, Wali Kota Surabaya (Eri Cahyadi) sudah memfasilitasi ini mengumpulkan teman-temen Bappeda, karena mereka ini yang tahu teknisnya, regulasinya tahu, mana yang masih diperlukan dan perlu diefisiensikan,” kata Wamendagri Bima Arya.
Nantinya, lanjut Bima Arya, permasalahan yang ada di masing-masing daerah itu juga akan dibahas saat retret kepala daerah pada 21-28 Februari 2025. “Jadi (pertemuan) ini kita padatkan, paling tidak ini penting menjadi pembekalan dan sinkronisasi, sekaligus untuk membangun kemistri,” tukasnya. (*)