Pesilat PSHT Kota Kediri sedang melakukan donor darah melalui bantuan petugas kesehatan PMI di padepokan silat tersebut (Foto: Moch Abi Madyan)
Pesilat PSHT Kota Kediri dengan sabar menjalani proses pemeriksaan HB sebelum mendonorkan darah dalam aksi kemanusiaan bersama PMI (Foto: Moch Abi Madyan)
Ia pun percaya bahwa donor darah bukan hanya soal membantu orang lain, tetapi juga menjaga kesehatan diri sendiri. Beruntung, hasil pemeriksaannya menunjukkan kadar hemoglobin (HB) normal, sehingga ia bisa ikut serta tanpa kendala saat melakukan donor darah di padepokan PSHT.
” Allhamdulilah, sebelum donor darah, tadi oleh petugas PMI Cabang Kediri. Kondisi HB saya normal, dan diperbolehkan untuk melakukan donor darah,” terang pesilat bersabuk putih tersebut.
Neneng juga berharap kegiatan seperti ini bisa terus diadakan secara rutin oleh PSHT. Baginya, donor darah bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tetapi juga cara untuk menjaga dan meningkatkan citra positif PSHT di mata masyarakat.
“Semoga ke depan PSHT semakin sering mengadakan kegiatan seperti ini. Bukan hanya untuk membantu orang lain, tapi juga sebagai bukti bahwa pesilat sejati tidak hanya kuat dalam bela diri, tetapi juga memiliki hati yang peduli kepada sesama,” katanya penuh harapan.
Sementara itu, Ketua PSHT Cabang Kota Kediri, Agung Sediana, menegaskan bahwa kegiatan donor darah ini bukan sekadar seremonial, tetapi bentuk kontribusi positif PSHT di tengah masyarakat.
“Setiap pelaksanaan ujian kenaikan tingkat (UKT) dan pengambilan sabuk silat, kami selalu menyertakan bakti sosial, termasuk donor darah. Kami ingin menunjukkan bahwa PSHT bukan hanya tempat belajar bela diri, tetapi juga wadah pembentukan karakter berbudi luhur yang memberi manfaat bagi lingkungan sekitar,” ujarnya.
Ketua PSHT Kota Kediri bersama pengurus mengawasi jalannya kegiatan donor darah sebagai bagian dari aksi kemanusiaan dan ujian kenaikan tingkat pesilat (Foto : Moch Abi Madyan)
Menurut pesilat yang akrab disapa mas Agung, kegiatan ini di ikuti kurang lebih dari 500 peserta mengikuti donor darah atau bakti sosial. Selain dari jalur reguler atau anggota PSHT berusia 16 hingga 17 tahun, ada juga jalur privat yang mayoritas diikuti oleh peserta berusia 25 tahun ke atas, bahkan ada yang lebih dari 40 tahun.
Masih kata mas Agung, dalam setahun, PSHT Kota Kediri dapat secara rutin menggelar donor darah minimal dua kali. Hal ini mendapat respons positif dari masyarakat dan PMI, yang sering menggandeng PSHT dalam momen-momen penting, terutama saat stok darah mulai menipis. Selain donor darah, PSHT juga aktif dalam berbagai program bakti sosial lainnya, seperti membersihkan lingkungan dan kegiatan sosial lainnya.
“Kami ingin mengubah pandangan masyarakat bahwa PSHT bukan organisasi yang identik dengan keributan atau onar. Sebaliknya, kami mendidik manusia berbudi luhur dan berusaha memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi masyarakat,” ungkap mas Agung.
Kegiatan hari itu menjadi bukti nyata bahwa PSHT bukan hanya tentang ilmu bela diri, tetapi juga tentang membangun karakter dan kepedulian sosial. Para siswa pulang dengan rasa bangga, bukan hanya karena mendapatkan sabuk baru, tetapi juga karena telah berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan.
Di balik setiap gerakan silat, tersimpan filosofi kehidupan yang mendalam, menjadi pribadi yang kuat bukan untuk menindas, melainkan untuk melindungi dan memberi manfaat bagi sesama.(*)