Cak Eri pun menegaskan pentingnya penggunaan alat makan ramah lingkungan. Karena masih dalam tahap uji coba, ia berharap kepada masyarakat tidak melihat dari sisi negatif dan mendukung program tersebut.
“Ketika ini masih ujicoba, jadi jangan melihat dari sisi negatifnya. Ayo kita dukung, kita support, karena ini buat anak-anak kita agar memiliki gizi yang kuat, kalori yang tinggi, sehingga siap menjadi generasi emas,” tuturnya.
Dalam tinjauannya itu, Cak Eri juga menerangkan bahwa meski mayoritas makanan itu habis, namun beberapa di antara siswa masih terdapat sisa. Ia mengakui bahwa setiap anak memiliki porsi makan yang berbeda-beda.
“Di sekolah-sekolah nanti akan ada tempat sampah organik dan non-organik, sehingga sisa makanan bisa digunakan untuk maggot. Jadi tidak ada yang sia-sia dari makan bergizi gratis ini. Kalaupun ada yang sisa, saya yakin tidak terlalu banyak, sehingga sisa tadi kita kelola, tidak kita buang sembarangan,” imbuhnya.
Di waktu yang sama, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menyebutkan bahwa setiap anak pada satuan jenjang pendidikan memiliki porsi makan yang berbeda. Makanya, ia menggarisbawahi perlunya penyesuaian terkait porsi makan antara anak TK, SD, SMP dan SMA.
“Karena anak-anak ini baru pertama, mudah-mudahan nanti kalau ada pergantian menu, saya yakin insyaallah yang terbaiklah. Karena namanya anak-anak ini ada yang makannya cepat, ada yang sedikit,” ujar Yusuf.
Sementara itu, Kepala TK Yasporbi Surabaya, Prihartini Badaraswati, menyampaikan bahwa program MBG di sekolahnya telah memenuhi kebutuhan dasar anak-anak. “Hari ini pelaksanaan perdana dan nasinya sudah lunak, cocok untuk anak-anak. Isinya juga lengkap, ada ayam, buah, susu, dan sayur,” ujar Prihartini.
Dia memberikan masukan agar tekstur sayur ke depan bisa dimasak lebih lunak untuk memudahkan anak-anak TK ketika mengonsumsinya. (*)