SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur nomor urut 3 Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) memaparkan visi misi dalam debat perdana Pilkada Jatim 2024 di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (18/10/2024) malam.
Dalam dua menit, Risma menekankan bahwa saat ini sudah saatnya Jatim menjadi lebih baik dengan Jatim Resik dengan reformasi di birokrasi. “Jatim Resik demi tercapainya masyarakat adil, makmur, berkepribadian, dan berkeadaban,” katanya.
Sejumlah misi ia sampaikan, yakni reformasi birokrasi untuk menghadirkan layanan publik yang bersih, anti korupsi, cepat, dan solutif dalam menyelesaikan masalah masyarakat melalui tata kelola pemerintah yang berkualitas.
Selanjutnya, ekonomi kerakyatan dan inklusif yang dicapai melalui anggaran pro rakyat dan kebijakan partisipatoris. Ketiga, sumber daya manusia yang cerdas, sehat, berakhlak melalui layanan kesehatan dan pendidikan berkualitas, merata dan terjangkau.
Keempat, infrastruktur berkualitas dan terkoneksi lintas wilayah untuk rakyat yang selaras dengan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kelima, kesejahteraan sosial yang merata dan berkeadilan serta pemajuan kebudayaan yang menghormati eksistensi budaya lokal, hak-hak minoritas dan kebutuhan kelompok rentan. “Karena itu, Resik itu salah satu modal kami, karena jika semua bersih, pembangunan akan efisien dan efektif,” ucapnya.
Saat debat Risma secara khusus memberikan penjelasan terkait pendidikan. Khususnya soal pembentukan karakter siswa sejak dini. “Itu mulai dari dini memang, kalau kebetulan provinsi itu kalau SMA/SMK memang agar berat, karena karakter itu sudah mulai terbentuk,” kata mantan Wali Kota Surabaya dan Mensos itu.
Risma meyakinkan bahwa hal itu bisa dilakukan. Caranya bisa dengan menitipkan kepada para guru agama dan informal. “Kenapa? Karena itu karakter itu bukan hanya dia hormat kepada orang tua, dia saling menghormati perbedaan, tapi juga disiplin, kemudian menghargai budaya,” jelasnya.
“Karena anak itu sudah mulai terbentuk (karakter) saat dia menjadi anak SMA. Tapi bukan berarti dia tidak bisa dengan memberikan contoh, dengan memberikan itu mungkin bisa kita ubah,” pungkasnya. (*)