JAKARTA (WartaTransparansi.com) – Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jawa Timur dan PMI Kota Surabaya menyertakan wakilnya untuk mengikuti orientasi BCC Kampanye panas Etsrem selama dua hari mulai tanggal 15 dan 16 Mei 2024 di Hotel Luminor Jakarta . BCC Panas Ekstrem merupakan Program Coastal Climate and Heat Action Project (CoCHAP) PMI -America Red Cross
Pengurus PMI Pusat yang membidangi hubungan internasional Niniek Kun Naryatie dalam sambutannya menyampaikan terimakasih kepada AMCROSS yang telah menginisiasi semua kegiatan yang tujuannya menjadi nyata tidak hanya workshop, pelatihan dan bentuk lainya.
“Orientasi ini hendaknya tidak dianggap sesuatu yang biasa. Namun terpenting adalah makna dan tujuannya, yaitu dalam rangka peningkatan kapasitas. Orientasi ini telah di program dan dirancang betul – betul dan acountabel dan telah di sesuaikan dengan kebutuhan kita sekarang,” ungkap Niniek Kun Naryatie saat membuka acara tersebut, Rabu (15/5/2024)
Cochap kita semua tahu dimana tahun 2023 itu sudah disebut sebagai cuaca terpanas dalam sejarah dan ini tidak akan berhenti semakin panas dan semakin panas. Sedangkan panas eksrem belum banyak diketahui oleh masyarakat, namun dampaknya sudah dirasakan teruma pada pekerja luar ruangan (funable). Oleh sebab itu panas ekstrem harus selalu di kampanyekan.
Banyak hal yang harus dikerjakan bersama – sama dalam mengatasi panas ekstrem. Saya mencoba terus mengikuti apa itu heat summit yang diselenggarakan IFRC meski kadang sampai larut malam.
Yang kita punya adalah perubahan iklim tapi itu belum spesifik dan belum cukup untuk heat. Jadi harus action plan, dan ini perlu sekali kita pikirkan bersama.
Panas ekstrem, kata Niniek Kun Naryatie, kita perlu memprotect dahulu relawan – relawan dari panas ekstrem ini. Ketika relawan melakukan tugas kemanusian di luar (action plan), maka harus punya early warning system. Apa yang bisa kita lakukan?
Kita perlu menggandeng BMKG, lembaga yang bisa memprediksi cuaca. Early warning ini juga perlu di kampanyekan pada sekolah sekolah dengan memanfaatkan masa liburan. Juga ada call kepada Perusahaan, individu. Sedangkan kepada Masyarakat, akademisi, Organisasi kemanusiaan seperti PMI. PMI harus ada action yang kongkrit sejak awal. Setidaknya PMI membuat pesan – pesan kunci yang belum kita gunakan.
“Bagi humas ada 4 hal yang harus diperhatikan yakni mendengarkan keluhan (ability to lesson), problem solving, mengambil keputusan, stress inter personal relation itu pasti membuat stress dan stress itu di Kelola,” tegas Nuniek.
Sementara itu Muchrizal Harris Ritonga Country Program Manager AMERICAN RED CROSS – INDONESIA DELEGATION mengatakan, ada dua kota besar yang menjadi projeck percontohan yakni Surabaya (Jawa Timur) dan Medan (Sumatra Utara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua kota ini dalam kategori panas tinggi. Itu sebabnya dua kota ini menjadi prioritas USAID yang merupakan donor dari program.
Sedangkan orientasi di fokuskan pada strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (BCC) dalam meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat mengatasi panas ekstrem. Program yang merupakan dukungan dari USAID, IFRC, Amerika Red Cross, Climate Center kepada Palang Merah Indonesia (PMI).
Tugas dari BCC melakukan edukasi masyarakat menggunakan 2 cara yaitu secara online maupun offline. Cara online seperti memberikan sosialisasi secara berkelompok, mendatangi door to door (mendatangi dari Rumah ke Rumah). Sedangkan yang offline melalui talkshow radio, podcast, media social guna menjangkau banyak masyarakat, dan melalui video tron (publikasi luar ruangan yang menggunakan video) dengan target pekerja luar ruang (tukang ojek, kurir paket, pedagang kaki lima, dsb).
Kegiatan Coastal Climate and Heat Action Project (CoCHAP) sebenarnya Bion nya itu peran humas di masing – masing markas berjalan dengan baik.
“Di America Red Cross (Amcross) dalam setiap program yang dilaksanakan oleh America Red Cross, humas selalu dilibatkan. Sebab Humas adalah corong dalam suatu Organisasi/instansi. Jadi Humas adalah the power of informasi, the power of communication,” jelasnya
Humas merupakan penanyampai informasi kepada masyarakat. Itulah kenapa setiap ada kegiatan project yang dikerjakan oleh AMCROSS itu selalu ada humasnya,” kata Muchrizal Harris Ritonga, ketika memberikan arahan.
Project Cochap ini merupakan prioritas Palang Merah Amerika. Juga upaya penguatan panas exktrem atas dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan. Dalam menghadapi panas exktrem ini PMI melibatkan Universitas Indonesia (UI) dan IPB. Banyak lembaga yang mensupport
“Kemarin saya dengan Aulia dan Ane dari Humas PMI Pusat menghadiri pertemuan USAID Di kedutaan Amerika. PMI banyak mendapat apresiasi selain karena lembaga pertama yang melakukan kegiatan penelitihan atau survei akan panas ekstrem. Mereka juga tercengang kok bisa bisanya PMI memikirkan ini,” terang Muchrizal Harris Ritonga
Lalu sebatas apa yang disebut ambang batas panas ekstrem, sampai sebatas berapa dan selama berapa hari berturut dengan kelembapan berapa sehingga nanti kita ketahui, dan disebut fenomena itu.
Kalau gelombang panas terjadi pada 5 hari berturut – turut dengan temperature tertentu dan kelembapan tertentu.
Saat ini kampanye gelombang panas ini masih bersifat umum. Dan penelitihan sedang berjalan. Jadi surveinya belum selesai. Untuk sementara PMI masih mengadopsi ICRC yang dulu pernah melaksanakan di Nepal, Bangladesh. Kalau mereka obyek penelitihan tentang gelombang panas. Sedang kita panas exstrem, Pungkas Muchrizal Harris Ritonga (*)