Surokim menilai perpaduan Airlangga Hartarto di level pusat dan Sarmuji yang memimpin Golkar Jatim dapat menggaet caleg-caleg yang mendulang suara signifikan untuk partau. “Tentu semua juga tidak bisa dilepaskan dari kepemimpinan Airlangga Hartarto di nasional. Tentunya juga kepemimpinan Sarmuji di DPD Golkar Jatim yang konsisten membangun kaderisasi dari bawah. Badai akhir tahun 2022 lalu akhirnya bisa tertutupi oleh semangat para caleg di dapil-dapilnya,” ungkap Surokim yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Trunojoyo Madura.
Secara khusus, Surokim melihat kepemimpinan Sarmuji di Golkar mengesampingkan ego pribadinya. Hal itu dibuktikan dengan perjudian menempatkan caleg dengan nama besar yakni Heru Tjahjono (Mantan Bupati Tulungagung 2003-2013 dan Sekdaprov Jatim) di dapil Sarmuji sendiri yakni Dapil Jatim VI. “Tipikal kepemimpinan Sarmuji selaras dengan Airlangga, adem tidak meledak-ledak serta tidak konfrontatif. Sarmuji cenderung merangkul dan bisa mengayomi,” ujarnya.
“Bahkan dalam penentuan caleg DPR RI, saya juga kaget Sarmuji berani memasang tokoh yang potensial bisa menyaingi beliau (Heru Tjahjono) di internal Golkar, dan hasilnya Golkar bisa meraih dua kursi di dapil Sarmuji. Saya pikir itu benar-benar out of the box, dan Sarmuji menunjukkan kematangannya dan kedewasaannya dalam berpolitik,” tambahnya.
Selain itu, Surokim juga menilai ada coattail effect dari pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres yang pertama kali dideklarasikan Golkar untuk mendampingi Prabowo Subianto. “Partai Golkar sepertinya berbagi cottail effect Gibran bersama PSI. Tak nampak dipermukaan, tetapi partai Golkar bisa merasakan efek itu,” tandasnya. (*)