Wajah sepak bola, menurut Riyadh, juga sedang disamakan dengan model kepelatihan dari Jerman, sehingga
pembinaan prestasi mudah. Bukan masing masing klub kiblat negara tertentu. “Sehingga ke depan pelatih kurikulumnya sama,” tandasnya.
Wajah sepak bola, lanjut dia, perwasitan kiblatnya Jepang yang menugaskan termasuk orang Jepang, sehingga jujur dan adil, murni karena tidak ada kepentingan.
“Pelatih kiblatnya Jerman, sehingga sepak bola sebagai hiburan dan prestasi akan berkembang bersamaan. Kita lihat sekarang yang datang ke stadion suami isteri mengajak anaknya. Berarti keamanan terjamin,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Riyadh, tidak kalah penting dalam transformasi, yaitu suksesnya sepak bola bagi sektor industri, kalau orang menonton sepak bola menonton sudah seperti menonton konser musik.
Sedangkan berbicara naturalisasi, menurut Riyadh dan Rendi, sama sama tidak ada masalah sepanjang untuk prestasi Timnas dan sesuai kebutuhan tim.
Bahkan, Rendi berbagi resep akrab
dengan pemain asing, termasuk makan durain. Dan berbicara sepak bola itu seperti keluarga sendiri, suka duka bahagia senang.
“Kita membangun cimestri di lapangan kita duduk di lapangan, kita bilang kompak, kompaknya seperti keluarga. Bahkan kalau kita menang bonus kita kasihkan yatim piatu, makan bareng pemain asing David Silva kita belikan bebek, Dutra lainnya. Jadi semakin akrab,” kata Rendi.
Hendra Sukmana selaku moderator menarik kesimpulan bahwa masa depan sepak bola lebih baik. Kebijakan sepakbola lebih terarah hingga berhasil masuk 16 besar negara di asia .
Sementara itu, Riyadh mengapresiasi AP CUP 2024, “Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung kegiatan acara ini. Untuk para pemenang, saya ucapkan selamat karena telah berhasil memenangkan pertandingan. Jika ada peserta yang masih belum meraih juara, tetap berlatih agar di AP CUP 2025 dapat memenangkan kejuaraan. Selamat juga bagi Prodi AP yang melaksanaan salah satu intruksi dalam percepatan sepak bola di Indonesia. Sepak bola itu sesuatu yang unik, olahraga ini adalah tim ujung timur hingga barat di seluruh Indonesia.” Tutur Ahmad Riyadh U.B, Ph.D selaku Exco PSSI Pusat.
Rendi sebagai salah satu narasumber juga mencontohkan bahwa “banyak sebelumnya yang menjadi pemain futsal, kemudian menjadi pemain sepak bola. Dirinya berharap semua peserta dapat meraih kesuksesan di industri sepak bola dan sukses untuk mimpi yang ingin gapai. Industri sepak bola kini juga semakin bagus karena banyaknya sponsor yang masuk,” pungkas Rendi Irwan
“Sebuah klub, seperti contohnya Persebaya, mendapatkan sponsor dari Kapal Api sebesar Rp 24 miliar per tahun. Dari penjualan tiket, mereka bisa mampu mendapatkan Rp miliar per pertandingan.
Sekian itu, FIFA telah mengeluarkan surat resmi yang menegaskan bahwa klub harus memiliki badan hukum. “Terbukti ada klub yang sehat ada di Indonesia. Bahkan ketika terjadi pandemi COVID-19 dan sepak bola terhenti, banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang harus tutup. Sekarang ada banyak elemen yang mendukung industri sepak bola. Harapan saya adalah agar industri sepak bola dapat dikelola dengan baik oleh para pemangku kepentingan.” harap Ahmad Riyadh
Rendi Irwan juga menambahkan bahwa sepakbola sekarang sudah menjadi industri dan modern pada era-era naturalisasi yang dimulai tahun 2010 lalu, menurutnya hal tersebut bukanlah persaingan untuk menjadi terbaik. Namun, hal itu juga bisa menjadi contoh dalam cara kita menghadapi gaya hidup dan etika.
“Saat ini, sepak bola lebih fokus pada sikap individu. Persaingan dianggap baik untuk perkembangan individu para pemain,” kata Rendi
Kompetisi AP CUP 2024 yang diikuti diikuti 28 tim sekolah dari SMA/SMK Sederajat se-Jawa Timur keluar sebagai pemenang:
-Juara 1 SMA Al Islam Krian
-Juara 2 SMK Walisongo gempol
-Juara 3 SMAN 1 Wonoayu
-Tim Fair Play SMKN 1 Sidoarjo.
(*)