Selasa, 10 September 2024
33 C
Surabaya
More
    Jawa TimurSurabayaDinas Kebakaran Surabaya Petakan Wilayah Padat Penduduk

    Dinas Kebakaran Surabaya Petakan Wilayah Padat Penduduk

    SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya melakukan pemetaaan wilayah padat peduduk dan siagakan seluruh petugas dan unit kendaraan selama 24 jam. Ini sebagai langkah pencegahan risiko terjadinya kebakaran di permukiman warga.

    Kepala DPKP Kota Surabaya, Laksita Rini Sevriani menjelaskan, selama tahun 2023 tercatat 793 kasus kebakaran telah ditangani oleh DPKP Surabaya. Di antaranya, 121 penanganan kebakaran berasal dari bangunan, yaitu perumahan, industri, umum dan perdagangan. Sebanyak 18 penanganan kebakaran lainnya berasal dari kendaraan, dan 654 berasal dari non bangunan atau ruang terbuka seperti kebakaran alang-alang dan sampah.

    Di tahun 2023, kasus kebakaran  didominasi oleh non pemukiman, yakni diakibatkan oleh fenomena El-Nino, di mana bencana kebakaran terjadi di lahan terbuka. Karenanya, sosialisasi dan mitigasi terus dilakukan di lingkungan pemukiman, pendidikan, dan perkantoran.

    “Dalam hal ini sosialisasi dan mitigasi terus dilakukan melalui rayon dan pos. Kami juga menyediakan kunjungan bagi wisata pemadam kebakaran cilik (Wisdamcil) bagi Paud dan TK. Serta memberikan pelatihan mitigasi kepada guru Paud,” kata Laksita Rini.

    Baca juga :  DPRD Kota Surabaya, Baru PKB yang Setor Calon Pimpinan Dewan

    Sementara terkait respon time 7 menit yang diterapkan oleh DPKP Surabaya, lanjut Laksita, adalah untuk meminimalisasi adanya korban dan kerugian akibat bencana kebakaran.

    “Respon time 7 menit, kita sudah berada di lokasi. Jadi peran warga dalam 3 menit awal sangat diperlukan,” ujarnya.

    Dan untuk mencapai respon time 7 menit, lanjutnya, DPKP Surabaya telah melakukan pemetaan wilayah padat penduduk. Pemetaan ini dilakukan untuk mengatur jarak antara proses pemadaman kebakaran dengan rumah warga. Jika jarak rumah warga lebih dari 200 meter dengan jalan utama, maka DPKP Surabaya berencana membuat hidran kering di tahun 2024, serta menambah sumur dan pos pemadam di Kecamatan Margorejo dan Kecamatan Lontar Kota Surabaya.

    Selanjutnya, DPKP Surabaya juga berpatroli untuk menemukan spot atau titik lokasi yang berpotensi menimbulkan bencana kebakaran.

    Baca juga :  Jatim Sertakan 120 Kafilah di MTQ Nasional di Samarinda

    “Jadi yang jalannya sempit, kita membutuhkan selang yang panjang, maka membutuhkan waktu yang juga panjang. Itu dapat menimbulkan korban jiwa sehingga kita usulkan akan membuat hidran kering. Dengan adanya hidran kering di lokasi itu maka akan memudahkan pemadaman,” terangnya.

    Selain itu, DPKP Surabaya juga melibatkan Kader Madagaskar (Masyarakat dan Keluarga Siaga Kebakaran) dalam mengantisipasi dan menangani kebakaran di pemukiman. Sebab, peran warga sangat dibutuhkan dalam 3 menit pertama untuk mencegah membesarnya api jika terjadi kebakaran.

    “Kader Madagaskar adalah yang paling terdekat yang selama ini sudah kita lakukan pengembangan kapasitasnya,” ujarnya.

    Hal ini terbukti dengan kapasitas Kader Madagaskar di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya yang berhasil terpilih menjadi salah satu pilot project dalam Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana (GKSTTB) Siaga Kebakaran Lingkungan di tingkat nasional.

    “Ke depannya akan kita kembangkan lagi agar lebih profesional dan pengembangannya kepada masyarakat sekitar. Dari RW bisa ke RT hingga dasawisma, karena sasaran utama kita adalah ibu-ibu yang biasa di rumah,” jelasnya.

    Baca juga :  Pj. Gubernur Jatim Harapkan SAKA Pramuka Jadi Satuan Strategis Tanggulangi Bencana

    Dalam beberapa kasus, kebakaran yang terjadi di pemukiman berasal dari kelalaian masyarakat. Seperti aspek keselamatan di rumah, yakni konsleting listrik. Sedangkan saat tahun 2023 yang diakibatkan oleh El-Nino, bencana kebakaran terjadi di lahan terbuka. Seperti terbakar nya sampah dan ilalang di lahan terbuka.

    “Misal bencana kebakaran di rumah adalah kebiasaan setelah mengisi daya handphone, charger tidak dilepas saat di rumah. Lalu kipas angin yang dibiarkan menyala terus, atau gas elpiji yang tidak di cek kembali,” jelasnya.

    Karena itu, Laksita Rini menyampaikan kepada masyarakat lebih berhati-hati jika akan meninggalkan rumah. Karenanya, kesadaran masyarakat untuk menyiapkan alat pemadam api ringan (APAR) harus ditingkatkan.

    “Seperti melakukan pengecekan pada kompor, elpiji, listrik, dan aspek keselamatan di rumah. Termasuk sampah, dan jangan membuang puntung rokok sembarangan,” pesannya. (wet)

    COPYRIGHT © 2024 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan