Lampu Merah Sangat Bahaya Buat Shin Tae-yong

Lampu Merah Sangat Bahaya Buat Shin Tae-yong
Wina Armada Sukardi

Tujuan sepak bola meraih kemenang dengan cara membobol gawang lawan lebih banyak ketimbang kemampuan lawan membobol gawang kita, sama sekali belum terlihat dari penanganan Shin Tae-yong terhadap tim Indonesia.

Upaya dan strategi Shin Tae-yong kiwari menjadi seperti kilah belaka. Manakala Indonesia dibantai Libya 4-0, Shin Tae-yong masih berdalih, hasil itu baginya tak bermakna apa-apa, lantaran dia dalam pertandingan itu cuma mau mendikteksi kemampuan fisik pemain. Padahal waktu itu sebenarnya, nama Indonesia juga ikut menjadi taruhan. Kekalahan mencokok dari Libya pada laga pertama juga menampar muka Indonesia, tapi Shin Tae-yong kurang penduli. Mungkin Shin Tae-yong memang fokus ke pertandingan kedua.
Dalam pertandingan kedua yang diakui FIFA sehingga bakal menambah atau mengurangi point peringkat, nyatanya Indonesia tetap keok 1-2.

Tempat latihan kesebelasan Indonesia yang berpindah-pindah di luar negeri, juga sama sekali belum membawa hasil. Oleh sebab itu mulai muncul pertanyaan, apa gunanya berpindah-pindahnya tempat latihan di luar negeri kalau hasilnya malah melempem.

Strategi mengubah-ubah susunan dan posisi pemain, yang semula disangka sebagai “strategi bunglon” untuk mengelabui lawan, berbalik menjadi bumerang. Eksperimental itu membuat Shin Tae-yong gagal membentuk tim yang kuat. Akibat hal tersebut, Shin Tae-yong akhirnya malah belum memperoleh skuat yang tetap dan ajak.

Dan yang paling fenomental adalah keinginan Shin Tae-yong memperoleh pemain keturunan Indonesia yang bermain di kompetisi luar negeri melalui proses naturalisasi, semuanya sudah dipenuhi. Sebagian pemain tersebut sudah menjadi warga negara Indonesia dan bahkan telah pula membela Indonesia. Hasilnya? Indonesia tetap jeblok, terus keok, bahkan dengan skor mencolok.

Shin Tae-yong telah menanamkan disiplin berlatih. Shin Tae-yong telah mengajarkan perlunya pengorbanan optimal untuk membela sebuah kesebelasan nasional. Shin Tae-yong telah membangun budaya sepak bola profesional. Tapi di luar itu , Shin Tae-yong gagal menggapai tujuan sepak bola yang sebenarnya: memperoleh kemenangan! Inilah lampu merah yang sangat bahaya buat Shin Tae-yong.

Salah satu yang menjadi kegagalan Shin Tae-yong , betapa rapuhnya pertahanan kesebelasan Indonesia. Saya, dan beberapa pengamat sepak bola, telah berkali-kali mengingatkan soal kelemahan pertahann Indonesia. Kami sudah pula sering menekankan perlunya segera memperbaiki lini pertahanan Indonesia jika kita tak mau menjadi bulan-bulanan tim tangguh. Faktanya, perbaikan itu tak kunjung tiba, sehingga akibatnya gawang Indonesia memang menjadi sasaran empuk lawan.

Batu Uji
Atas dasar situasi itu, hasil di Kejuaraaan Asia dan penyisihan Piala Dunia menjadi batu uji utama buat Shin Tae-yong . Jika dia gagal meloloskan Indonesia dari penyisihan group Piala Asia dan tidak mampu membawa kesebelasan Indonesia keluar dari babak penyisihan group Piala Dunia, maka sudah menjadi vonis yang adil bagi Shin Tae-yong , jika kontraknya menangani kesebelasan Indobesia tak lagi diperpanjang. Itulah waktunya kita mengucapkan selamat tinggal kepada pelatih kharismatik itu. Tegasnya sudah waktunya Shin Tae-yong diganti!

Segalanya berpulang kepada Shin Tae-yong sendiri. Jika betul dia masih ingin berkiprah di Indonesia, tak ada cara lain memberikan kemenangan kepada Indonesia. Setidaknya lolos dari group Kejuaraan Asia dan berhasil di penyisihan Piala Dunia. Untuk itu Shin Tae-yong mau tak mau wajib mengerahkan semua daya upaya yang dia memiliki.

Kita mengharapkan Shin Tae-yong mampu menjalankan misi yang ada di pundaknya. Hanya saja, melihat jejak prestasi yang ada selama ini, wajar juga andai nada pesimis mengepung kita.

Melihat Shin Tae-yong mungkin gagal melaksanakan targetnya, tak ada salahnya kita telah pula memikirkan alernatifnya. Nantinya tersedia banyak pelatih bertaraf internasional. Kita tinggal seleki sesuai dengan ekosistem persepakbolaan kita, termasuk perekonomiannya. (*)