“Mengoleksi Ukuran Besar Karya Hardi” 

In Memoriam Tujuh Hari Wafatnya Pelukis Hardi (1)

“Mengoleksi Ukuran Besar Karya Hardi” 
Pelukis Hardi

Tentu yang paling terkenal foto diri Hardi dengan lebel presiden. Itulah kemuakan Hardi kepada sistem diktaktor saat itu. Memang ada Pemilu, namun Pemilu cuma kosmetik demokrasi saja. Sebelum Pemilu dimulai sudah diketahui siapa pemenang dan siapa pula yang bakal jadi presidennya. Hardi berontak terhadap sistem itu. Lahirlah lukisan potret diri sebagai presiden. Diri Hardi.

Lukisan itu mengusik rezim yang waktu itu berkuasa. Lukisan Hardi dipandang sebagai penghinaan terhadap penguasa. Lukisan itu bahkan dianalisis begundal-begundal zaman itu sudah masuk klasifikasi makar. Tidak ada langkah lain, Hardi harus ditahan. Ditahanlah Hardi.

Hardi beruntung, Adam Malik yang sedang ingin mencitrakan Indonesia menghargai hak asasi manusia (HAM), memita pihak keamanan waktu itu melepaskan Hardi. Selamatlah Hardi dari nasib tragis seperti para pelukis yang ditangkap dan ditahan bertahun-tahun tetapi tak pernah diadili.

Sewaktu lembaga DPR dihujat lantaran anggotanya banyak yang korup dan dinilai banyak yang tidak membawa aspirasi publik, apalagi para isteri rakyat itu pamer kemewahan di luar negeri. Hardi mengajak sesama pelukis datang ke DPR untuk melukis bersama di gedung perwakilan rakyat itu.

Lukisannya berobjek WC dan sejenis yang melambangkan kenistaan DPR. Kira-kira DPR bagaikan WC tempat semua orang membuang kotoran. Padahal waktu itu Hardi sudah melukis naturalis juga. Kepekaan sosialnya tak pernah sirna dalam situasi apapun juga.

Hardi membuktikan melukis sosial bukanlah untuk memgalihkan dari ketidakmampuan melukis “Indah.” Melukis beraroma sosial memang panggilan hatinya.

Hardi membuktikan dalam lukisan naturalisnya dia juga mampu pula menghadirkan objek-objek yang “human interest” dengan warna-warna “ngejereng” dan komposisi yang serasi dan “indah.“ Maka karya-karya Hardi jadi terlihat mencolok dan membetot-bentot hati yang melihatnya.

Dalam melukis, hebatnya Hardi sudah manpu “membaca” hasrat kolektor lukisan Indonesia seperti apa. Tanpa mengurangi kualitasnya, dia menjawab “keinginan” para konsumen lukisan Indonesia. Maka tak heran jika dari awal, setiap kali dia ikut dalam pameran bersama, selalu ada saja karya Hardi yang terjual.

Di luar pameran, karyanya juga terus dibeli orang sampai alhir hayatnya. (Bersambung)