Baru saat ini petuah itu benar-benar menghujam kalbu Al Faqir. Betapa tidak, faktanya di balik seseorang pemimpin sukses karena bentuk bakti kepada kedua orang tuanya dan mengikuti nasehat guru. Begitu sebaliknya, banyak pejabat (pemimpin) salah jalan karena mengabaikan petuah guru, lebih saat jadi pejabat malah terpengaruh istri dan peran ibu terabaikan.
Mari kita telaah, sesuaikah pilihan kita sudah selaras dengan peringatan dan pesan ibu. Al Faqir, yakin seyakin-yakinnya bahwa gen orang tua yang berani berjuang dan memberikan nafkah kepada istri dan anaknya dari rejeki halal, menurunkan anak yang siap menjadi pemimpin sesuai idaman rakyat.
Mari kita simak firman Allah SWT yang berbunyi:
*وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ*
“Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku & kepad kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali. (QS. Luqman: 14).
Tentu tidak ada yang percuma terhadap wasiat (Firman) Allah SWT dan yakinlah atas kebenarannya.
Semoga hari ini, esok kita tetap diberikan sehat wal afiat, rejeki barokah dan istiqomah menghamba kepada Sang Khaliq, dengan mensyukuri segala nikmat, saling mendoakan dan mengingatkan dalam kebenaran serta dijadikan hambaNya yang beruntung dunia-akhirat. Wallahu a’lam bish-showab (*)