Anies sendiri sudah menetapkan Gus Imin –panggilan akrab Muhaimin Iskandar – untuk menjadi cawakilnya juga karena menilai Gus Imin sebagai ketua umum PKB merupakan orang Jatim sekaligus warga nahdliyin.
Surokim menilai selain Gus Imin, Khofifah dan Machfud juga punya relasi kultural dan struktural yang baik dengan NU dan warga nahdliyin.
Ditambah, keduanya punya pengalaman yang komplit dan mumpuni disemua medan pengabdian baik di legislatif maupun eksekutif.
“Bahkan pak Mahfud juga punya pengalaman panjang di yudikatif. Keduanya sudah teruji memiliki integritas dan kinerja baik. Wajar kalau posisi keduanya banyak disebut. Apalagi hasil survey keduanya juga memperlihatkan trend dan potensi elektoral yang baik,” papar peneliti senior dari Surabaya Survey Center (SSC).
Menurut Surokim, jika kedua tokoh ini ikut kontestasi pilpres dan dengan pasangan yang berbeda tentu akan membuat pilihan warga nahdliyin terbelah dan potensial menjadi bimbang karena masing masing punya keunggulan dan kelemahan.
“Situasinya akan menjadi kompleks dan kian rumit jika kedua tokoh NU ini head to head. Jika melihat trend perilaku memilih baik swing voters maupun undecided voters keduanya bisa dikatakan sebanding dan sebanding. Bu khofifah punya basis pemilih tradisional perempuan yang solid, pak Mahfud juga kuat di pemilih rasional,” tambahnya.
Jika kemudian muncul pasangan Ganjar dan Mahfud serta Prabowo dan Khofifah, ini akan benar benar sulit diprediksi karena akan sangat kompetitif. tegas Surokim mengakhiri. (*)