“Pemerintah harus mengupayakan anak-anak muda yang punya kreativitas tinggi, harus melihat ini sebagai potensi ekonomi juga untuk membangun Aceh ke depannya,” katanya.
Selama ini, kata Andi, para sineas terutama yang muda belum dapat menghasilkan karya maksimal karena karya mereka diproduksi dengan dana patungan.
“Sistemnya kita urunan dengan jejaring komunitas film, kita buat proposal yang berisi ide cerita dan konsep yang kita tawarkan lalu kita coba pitching tetapi melalui urunan,” katanya.
Meskipun dana produksi dikumpulkan secara patungan serta belum ada ruang khusus, sineas di Aceh tetap semangat memproduksi serta mengadakan pemutaran di tengah masyarakat.
Andi berharap, apabila nantinya pemerintah mengizinkan hadirnya bioskop di Aceh, maka untuk ruang-ruang pemutaran film itu mampu memobilisasi komunitas perfilman yang masih berkembang.
“Mudah-mudahan kalau bioskop ada. Dengan hadirnya bioskop tidak mematikan ruang-ruang putar komunitas-komunitas kecil,” demikian Andi.(Antaranews)
