Walau begitu, Wina mengingatkan, penulisanya puisi prosais sekalipun, harus tetap memenuhi kaedah-kaedah puisi.
Kedua, pemaknaan. Puisi, tambah Wina, sebaiknya mengandung subtansi gagasan yang kuat, baik yang bersifat filosofis, renungan atau pun estetis. Wina yang juga seorang advokat, menilai masih banyak puisi yang “zong” alias tak memiliki kandungan nilai yang berarti.
Selanjutnya, ketiga, Wina mengutip Presiden penyair Indonesia Sutardji Chalzoum Bahri, puisi haruslah menunjukkan identitas diri penulisnya. DNA penulisnya.“
Namun terus terang masih banyak penyair belum berupaya menunjukkan jati dirinya, karena cuma memamah biak dari yang sudah banyak dilakukan penyair sebelumnya,” tandas Presiden Festival Film Wartawan Indonesia yang sudah menjadi wartawan lebih dari 45 tahun.
Acara dimeriahkan dengan membacaan puisi. Berbagai macam gaya baca puisi tampil di acara yang dihadiri para penyair dan wartawan itu. (*)