Kunci sukses untuk mengisi kemerdekaan Indonesia adalah mensyukuri nikmat kemerdekaan sendiri. Tentu para pemegang kebijakan dan kekuasaan mendahulukan kepentingan rakyat daripada keperluan sendiri, golongan atau kelompoknya.
Firman Allah SWT dalam QS Ibrahim Ayat 7 berbunyi:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa, setiap orang yang bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan, termasuk nikmat kemerdekaan maka akan diberikan kenikmatan merdeka yang lebih banyak lagi. Beda halnya dengan orang yang tak mau mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT, dia akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.
Maka, yang bisa menilai, menyaksikan, dan membaca zaman adalah kita sendiri. Bila kita mengkufuri nikmat, maka cepat atau lambat akan tumbuh kembali penjajahan dan segala bentuk penjajahan terselubung.
Walau hakekatnya, kemerdekaan Republik Indonesia telah diakui secara konstitusi, karena para pemimpin dan rakyat melupakan kebutuhan dasar leluhur, maka ujian demi cobaan bakal menerpa negeri yang kita cintai ini.
Bahkan di dalam Al Qur’an khususnya surat Ar-Rahman, Allah sampai menyitir ayat 31 kali: “Fabiayyi Alaai rabbikumaa tukadziban: Nikmat apalagi yang telah engkau dustakan?”. Berarti kemerdekaan itu bukan hanya meminta dan menunggu tapi harus terus berjuang dan berjuang. Merdeka !!! (*)