Bahkan sangat merugi, jika ada seseorang hanya berpangku tangan, tanpa berusaha dan bekerja. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
*كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت*
“Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Daud).
Salah satu bentuk tanggung jawab itu adalah dengan berikhtiar dan bekerja.
Sebab dengan bekerja seseorang akan mendapatkan penghidupan yang baik, tentu menambah ketekunan beribadah, memberikan rasa nyaman keluarga dan lingkungan.
Di dalam Al-Qur’an ada banyak ayat-ayat yang menganjurkan kita untuk bekerja keras. Sesuai Allah ﷻ berfirman:
*وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ*
“Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah: 105).
Dalam surah yg lain, Allah ﷻ berfirman:
*فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ*
“Apabila telah ditunaikan salat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS al-Jumu’ah: 10).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah juga bersabda:
*لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ*
“Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Bekerja keras dengan kemampuan kita secara skill, pengetahuan dan sarana penunjang merupakan wujud ikhtiar untuk dirinya agar derajat sebagai hambaNya tidak tersia-siakan. Inilah cara tauladan yang dicontohkan para Nabi. Dari Al Miqdam, bahwa Rasulullah bersabda,
*مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ*
“Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha sendiri, dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri)” (HR. Bukhari)
Saudara seiman dan seagama. Semoga Allah mengangkat derajat ketakwaan kita, selain dari ketaatan dan ilmu kita, juga ladang bumi tempat kita berpijak sebagai Khalifah (pemimpin) menunjukkan keutamaan bekerja, bekerja , bekerja dengan mencari nafkah yang halal merupakan simbiosis mutualisme untuk keluarga, anak keturunan kita dan masyarakat. Semoga bermanfaat. (*)