SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Sebanyak 15 tokoh Muslim dari 6 Negara Asia dan Afrika berkunjung ke Kota Surabaya untuk belajar tentang Keluarga Berencana (KB) dan program penurunan stunting di Indonesia.
Dalam pertemuan di Balai Kota, Sekda Surabaya Ikhsan menjelaskan, banyak hal dibicarakan. Selain masalah KB dan terobosan pemkot dalam menekan angka stunting, juga soal orang tua asuh, dan aplikasi sayang warga yang digunakan untuk menurunkan stunting.
“Alhamdulillah hari ini kita difasilitasi BKKBN Pusat dan Jawa Timur, kita ada kunjungan dari saudara-saudara kita dari Asia dan Afrika yang belajar tentang KB dan juga stunting. Mudah-mudahan apa saja yang sudah mereka pelajari selama berada di Surabaya bisa berguna di negara mereka,” kata Ikhsan.
Ia juga memastikan bahwa angka stunting di Kota Surabaya memang terendah se-Indonesia, dan selama beberapa tahun terakhir ini, angkanya turun drastis. Pada tahun 2020, angka stunting di Surabaya tembus 12.788 balita, kemudian tahun 2021 turun menjadi 6.722 balita, dan sampai akhir 2022 turun lagi menjadi 923, lalu sampai bulan Juni 2023 sudah tinggal 653 balita.
“Target Pak Wali Kota di akhir tahun 2023 ini zero stunting, makanya kita terus bergerak untuk menekan angka stunting di Surabaya. Penangananya mulai dari hulu hingga hilir, mulai sebelum menikah, setelah menikah hingga pendampingan setelah memiliki anak,” tegasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN RI, Prof. Muhammad Rizal Martua Damanik menjelaskan, pada intinya mereka ini berasal dari negara-negara di Asia dan Afrika yang tertarik belajar ke Indonesia tentang program kependudukan, terutama terkait dengan keluarga berencana. Sebab, program KB di Indonesia sudah berjalan dengan lancar tanpa hambatan dengan dukungan dari para pemimpin Islam.
“Sebaliknya, di negara-negara lain termasuk di Asia dan Afrika, persoalan KB dan sebagainya masih menjadi pertentangan, sehingga PBB melalui UNFPA yang membidangi kesehatan seksual dan reproduksi memberikan informasi kepada negara-negara lainnya bahwa kalau mau belajar tentang pendekatan atau peran pemimpin agama dalam bidang kependudukan, belajarlah ke Indonesia. Sejak saat itulah banyak yang belajar ke Indonesia, dan kali ini belajar di Surabaya,” katanya, Selasa (25/7/2023).
Ia juga menjelaskan, kenapa akhirnya memilih Kota Surabaya sebagai tempat belajar tentang KB dan penurunan stunting, karena di Surabaya banyak pondok pesantren NU atau Muhammadiyah yang bisa dikunjungi dan menjadi tempat belajar. Bahkan, di Surabaya ini ada rumah sakit yang rencananya akan dikunjungi oleh mereka.
“Selain itu, karena stunting di Surabaya terendah se Indonesia, sehingga kita ingin melihat inovasi-inovasi yang sudah dibuat oleh Surabaya. Kita juga berkesempatan untuk melihat keindahan kota dengan pengelolaan yang sangat baik. Terima kasih Pemkot Surabaya yang sudah memfasilitasi kami,” imbuhnya. (*)