Jadi media mainstream sekarang mencari berita atau konten dari medsos juga. Jadi ketika pemberitaan di medsos baik akan dilegitimasi. Bahkan, sosok influenser yang memiliki banyak folower dianggap bisa menjadi selegram ketika di nobatkan oleh teman teman media, ungkapnya.
Mantan Bupati Trenggalek itu menuturkan bahwa selalu ada tempat bagi media dalam melegitimasi konten. Maka, para pelaku media harus kompak dan secara kontinue melakukan capacity building yang selama ini terus mengedepankan kode etik jurnalistik dimana peristiwa yang tengah terjadi dituangkan dalam bentuk tulisan.
Emil meyakini, bahwa industri media di Jatim akan terus berkembang sehingga event JMS ini menjadi awal dari keberlanjutan event selanjutnya di tahun tahun berikutnya. Mudah mudahan kegiatan ini akan berlanjut di tahun tahun mendatang.
Sementara itu, penggagas ide JMS Tahun 2023 sekaligus CEO Berita Jatim Dwi Eko Lokononto mengatakan, diakhir memberikan beberapa rekomendasi atau catatan selama gelaran JMS berlangsung selama dua hari.
Ia menyampaikan bahwa sampai akhir tahun lalu, Dewan Pers mencatat ada sekitar 132 media dari total 1.732 media. Angka ini, belum menghitung media nasional yang memiliki kantor atau biro di Jawa Timur.
Jumlah media yang besar ini menggambarkan kedinasmisan bisnis media di Jatim. Jawa Timur merupakan daerah terbesar kedua setelah DKI Jakarta dalam hal perekonomian. Akan tetapi, dalam pemanfaatan konten media digital terdapat perbedaan dengan Jakarta 170 juta konten sedangkan Jatim hanya di angka 5 juta konten media saja,terangnya. (Teguh S)