“Langsung Melayat” Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (9)

“Langsung Melayat” Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (9)
Wina Armada Sukardi

Kemungkinan lain, sebagian masih beranggapan sholat subuh di mesjid memang lebih cocok untuk mereka yang sudah tua. Alasannya, anak muda kan secara teoritis umurnya masih panjang. Masih banyak kesempatan untuk hidup lebih lama lagi. Lebih banyak memperoleh kesempatan melakukan aktivitas keduniawian. Mungkin nanti setelah menjadi tua dan meninggalkan “dunia hitam,” mereka baru gabung ke jemaah mesjid subuh.

Sebaliknya para orang tua dipandang lebih banyakwaktu senggang sehingga sholat subuh di mesjid tak akan menggnggu aktivittas mereka. Apalagi teoritis orang-orang tua kan sering disebut “sudah bau tanah” alias mendekati ajal. Kematian telah mengintip mereka. Wajarlah kalau dipandang lebih bertaqwa dan mendekatkan diri ke Allah.

“Apakah ada generasi milineal yang sholat subuh di mesjid?” tanya seorang rekan dari Surabaya yang kebetulan selalu mengikuti tulisan “Skesat Serba-Serbi Sholat Subuh.” Hamba jawab, sekali dua kali ada, tapi yang rutin tidak ada.
“Waduh!” jawabnya seraya menerangkan dia khawatir generasi jemaah sholat subuh di mesjid yang akan datang bakalan lebih sulit lagi ada generasi mudanya.
Setelah sholat subuh di mesjid prakteknya kami sering mendengar pengumuman dari pengurus mesjid, adanya warga yang wafat pada tadi malam atau pada jelang subuh.

Pengumuman dilantangkan melalui pengeras suara mesjid. Kalau yang meninggal masih tetangga sekitar lingkungan kami, biasanya setelah sholat subuh di mesjid, tanpa dikomando, kami para jemaa langsung melayat ke rumah duka.

“Kebiasaan” ini menguntungkan bagi kami yang masih memiliki banyak kegiatan. Kalau tak melayat setelah sholat subuh, mungkin kami tak sempat melayat.

Pengalaman sebagai jemaah sholat subuh, yang meninggal tidak selalu orang yang sudah tua. Bisa juga yang masih muda yang belum pernah sholat subuh di mesjid. FaktanIni membuktikan sholat subuh di mesjid bukan cuma buat para orang tua, tapi juga semua lelaki dewasa. Sholat subuh di Mesjid tak ada hubungan dengan tua atawa muda. Inilah yang membuat saya November 2017 menulis puisi yang mengabarkan keadaan itu sebagai berikut:

Sholat Subuh di Mesjid

Sholat subuh berjemaah
di mesjid Jakarta
tiga shaf tak sampai
berjajar rambut beruban dan raut wajah keriput.
Sementara generasi melenial masih nyenyak tidur
nanti bangun memakai wangi parfum
berpikir jauh dari bau tanah.

Siang hari setelah sholat dzahur pengeras suara dari mesjid mengumumkan
_Innailahi wainailaji rojiun_
telah wafat si fulan berusia 21 tahun, subuh tadi.T a b i k (*) Bersambung……

Wina Armada Sukardi, Wartawan dan Advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiya. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi dan tidak mewakili organisasi.