“Kita butuh informasi, kita butuh pengetahuan dan juga wawasan. Tapi semuanya itu harus mencerdaskan dan mengokohkan identitas karakter kebangsaan. Dengan hadirnya Pers diharapkan juga dapat mengedukasi masyarakat untuk mengantisipasi berita hoax yang semakin menjamur di media sosial,” ujarnya.
Khusnul mengajak seluruh elemen bangsa untuk turut serta menjaga kebebasan pers, dan independen pers terus terjaga.
“Mari bersama kita jaga independensi dan kebebasan Pers, secara demokrasi dan bermartabat,” katanya.
Sementara, Wakil Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Timur, Eko Widodo mengatakan bahwa kita harus bijak dalam bermedsos. Sebab media sosial ini produknya tidak bisa dioertanggungjawabkan kebenarannya
“Bedanya dengan produk jurnalistik adalah mengikuti rambu-rambu yang ada. Kita punya kode etik jurnalistik,” terangnya.
Eko menegaskan bahwa PWI Jatim terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat tidak menelan mentah-mentah segala informasi yang ada di medsos.
“Harus diuji kebenarannya, harus ditelusuri narasumbernya, harus dicek tempat lokasi kejadiannya itu supaya tidak menjadi berita hoax atau berita bohong,” tegasnya
Abdul Aziz salah satu Praktisi Media dalam paparannya ia menyampaikan, perkembangan pers saat ini beriringan dengan tumbuh suburnya media sosial. Insan pers harus mampu beradaptasi dan mampu mengambil hikmah dari medsos.
“Dan yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk melakukan inovasi. Mengembangkan pengetahuannya sehingga menghasilkan produk yang inovatif, adaptif dan dapat dipertanggungjawabkan,” ungkapnya.
Akademisi UINSA ini mengatakan bagi seorang Jurnalis harus memiliki jiwa pioner di dunia informasi, khususnya dalam menghasilkan produk pemberitaan yang kompeten. (*)