Disinggung soal penyebab bergabungnya Pakde Karwo ke Golkar, menurut Surokim kemungkinan ada faktor menantunya Bayu Airlangga yang saat ini menjadi pengurus DI DPD Partai Golkar Jatim. “Mas Bayu mungkin saja yang membuat Pakde ke Golkar. Sebab, saat ini kegiatan politik Bayu Airlangga akan mengalami kesulitan, jika tidak dibantuk Pakde Karwo.
Ini tentu menguntungkan bagi Golkar khususnya di Jatim untuk memanfaatkan sebagai momentum ekspansif,” tambahnya.
Memang, banyak fariabel yang dibutuhkan sebuah partai dalam mengangkat mereka untuk bersaing di Pemilu 2024.
Selain butuh tokoh, juga program maupun kaderisasi pemilih pemula dan sebagainya. Hanya saja, di Indonesia, kebutuhan tokoh memang masih sangat tinggi untuk mengangkat partai. Contohnya, Partai Perindo yang dulunya elektabilitasnya hanya 1 persen, namun kini dari hasil survei terbaru sudah menambahnya menjadi di atas 3 persen. Itu terjadi karena banyak tokoh politik yang pindah ke partai milik Hari Tanuwidjaya tersebut.
Disinggung soal posisi Demokrat yang sudah ditinggal oleh Pakde Karwo, diakui Surokim harus sebagai bahan evaluasi bagaimana caranya agar mampu memelihara tokohnya untuk menyaman dan bertahan.
Selain itu, pengaruh kepergian Pakde bisa diimbangi dengan langkah-langkah lainnya yang bisa menambah kepercayaan masyarakat terhadap partai berlogo Mercy tersebut seperti program dan kaderisasi. Sehingga untuk menghindari elektabilitas ‘terjun bebas’. (SR/MIN)