Massa memberi jalan setelah diberi tahu ajudan bahwa yang di dalam mobil Muhadjir. Akhirnya Muhadjir sampai di kampus UMM. Tetapi setelah itu, perjalanan dari UMM ke Stadion Gajayana tanpa menggunakan mobil patwal. Dia dikawal Rektor UMM Fauzan, Wakil Rektor II Nazaruddin Malik, beberapa tokoh Aremania seperti Ade D’Cross, Rois,Iskak.
Polisi menjadi sasaran utama kemarahan Aremania. Mereka beranggapan pemicu musibah kubro adalah tembakan gas air mata yang dilepaskan polisi kepada penonton di tribun utara, timur dan selatan.
Saat ini juga berkembang narasi bahwa yang terjdi di Stadion Kanjuruhan adalah pembantaian terhadap orang-orang yang tak berdosa dan tak berdaya.
Pada saat pertemuan Korwil Aremania dengan Muhadjir di kampus UMM, terlihat pula kemarahan mereka atas polisi. “Apakah di sini ada polisi? Kami mohon kalau ada agar meninggalkan tempat. Jangan kelihatan. Karena kawan-kawan ini masih marah ke polisi,” kata Amin, tokoh Aremania Korwil Jalur Gaza.
Yang juga membuat mereka memendam marah ke polisi karena sampai sekarang polisi tidak mau meminta maaf. Mereka menilai polisi arogan. Polisi jelas salah karena membawa gas air mata masuk ke dalam stadion itu jelas melanggar aturan FIFA. Apalagi sampai menggunakannya. “Pak kami hanya minta keadilan. Minta keadilan,” ujar Udin.
Dalam menanggapi narasi emosional Aremania, Muhadjir bersikap cool. Tenang. “Soal permintaan maaf nanti saya sampaikan ke Pak Kapolri. Percayalah Pak Kapolri serius menangani masalah ini. Lantas soal siapa yang bertanggung jawab, Pak Presiden sudah menegaskan harus ada yang bertanggung jawab,” kata ayah dari 3 anak ini.
“Tugas saya dalam tahap tanggap bencana sudah selesai. Selanjutnya tahap investigasi yang akan dipimpin Pak Menko Polhukam yang juga Ketua TGIPF. Meskipun demikian kalau ada perkembangan masalah jumlah korban, santunan saya tetap akan mengurusnya. Percayalah saya tidak akan meninggalkan Arema,” Muhadjir menambahkan.
Pada musibah kubro yang terjadi Sabtu (1/10/2022) mengakibatkan sekitar 125 nyawa melayang, ratusan luka-luka. Selain penonton, yang menjadi korban adalah penjual makanan dan minuman di dalam stadion serta dua orang polisi. Korban mulai anak berumur 6 tahun sampai orang tua, laki-laki dan perempuan.
Musibah ini merupakan yang terbesar di dunia dalam 40 tahun terakhir, melampaui tragedi Stadion Hysel, Brussels tahun 1985 yang mengakibatkan 39 nyawa melayang, 600 orang luka-luka cdan 14 orang dibidana karena melakukan pembunuhan. (*)