Aksi lain dalam percepatan penurunan stunting, pemkot melakukan pembinaan kader pembangunan manusia yang kini dibentuk menjadi Kader Surabaya Hebat (KSH). Pada tahun 2021, Pemkot Surabaya berhasil membantu dan mendampingi serta memberikan pembinaan kepada 27.000 KSH.
“Tapi saat ini totalnya sudah 48.000 kader, mereka ada di setiap RT kemudian mendata kesehatan warga Surabaya. Jadi, dengan adanya KSH akan diketahui ketika ada bayi atau balita yang kurang gizi, kurang gizi, dan sebagainya,” lanjut ujarnya.
Keberhasilan Pemkot Surabaya dalam percepatan penurunan stunting, ujar Eri, bukan hanya hasil kerja keras para KSH. Sebab, ada peran penting warga Surabaya yang peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Peran dari masyarakat yang tergabung dalam Pendekar Biru (Pendampingan Oleh Kader dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru).
“Penanganan stunting itu tidak mudah, karena mengatasinya tidak hanya diberikan bantuan begitu saja, tidak. Tapi mindset (pemikiran) kita bersama, sebelum menikah itu sudah kita sentuh untuk mencegah stunting bersama KSH dan Pendekar Biru,” paparnya.
Selain itu, kegiatan pencegahan stunting juga melalui lomba Generasi Emas (Eliminasi Masalah Stunting), melibatkan TP PKK dan KSH untuk melakukan survei melalui aplikasi Sayang Warga, pendampingan ASI kepada ibu menyusui dan pendampingan gizi anak, pra nikah serta kerjasama perguruan tinggi pemangku kepentingan dalam penanganan masalah stunting di Surabaya.
Dalam pemaparan, program dan hasil kerja jajaran Pemkot Surabaya mendapat apresiasi dari tim panelis Penilaian Kinerja Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting Pemprov Jatim Tahun 2022.
Bappeda Provinsi Jatim, Dinkes Jatim dan Kementerian Agama Jatim menilai, percepatan pencegahan stunting di Kota Surabaya, ke pengembangan bisa menjadi pioner dalam pencegahan stunting di Jatim.
“Matur nuwun Bapak dan Ibu, atas saran dan masukkannya, semoga ke depan Surabaya bisa terus menekan dan mencegah terjadinya stunting. Diharapkan, di tahun 2023 Surabaya bisa stunting, karena kota ini hebat bukan karena wali kotannya, tapi karena masyarakat dan kadernya,” imbuhnya. (*)