HB : Kan bulan Suro awal penanggalan tahun Jawa, kalau tahun Hijriyah kan bulan Muharam. Karena babat alas atau memulai kehidupan, maka ditepatkan bulan pertama.
WT : Mengapa corak wayangan Ki Dalang H Sugilar dari Pungging Mojokerto sangat Islami.
HB : Waktu di Gua Istana diberi gambaran cerita Eyang Wisnu dan Eyang Ismoyo, juga turunnya Wahyu di Tanah Jawa yang populer melalui Syech Subakir. Kemudian didoakan seperti ulama atau Habib dengan bahasa Arab.
WT : Jadi karena petunjuk atau amanat?
HB : Ya kira-kira seperti itu, tetapi saya tidak bisa apa-apa. Saya tidak mengerti apa-apa. Saya hanya menggelar pertunjukkan wayang. Wayangan didahului doa-doa, kemudian dilanjutkan dengan doa secara Islami.
WT : Apa juga untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI ?
HB : Alhamdulillah karena bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, sekalian mensyukuri kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-77, juga tahun baru Hijriyah 1444.
WT : Kalau berbagai selamat untuk apa saja?
HB : Selamatan itu untuk mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, mensyukuri peninggalan leluhur. Dan tidak kalah penting menyenangkan masyarakat dan membangkit ekonomi masyarakat, karena mereka sudah gembira dan senang. Dan perlu diikutkan dalam syukuran atau mensyukuri nikmat ini.
WT : Untuk kehidupan masyarakat maknanya apa?
HB : Masyarakat dengan pergelaran dan pertunjukan wayang ini, diharapkan meningkatkan kerukunan dan gotong royong, meningkatkan kegiatan sosial, supaya hidup sejahtera lahir dan bathin. Mencontoh tokoh pewayangan Eyang Wisnu dan Eyang Ismoyo, atau dengan bahasa lain meneladani perjuangan Syech Subakir. (JT)