“Bahkan, penyediaan bahan bangunan dalam pelaksanaan pekerjaan Dandan Omah itu harus dibeli dari toko bahan bangunan yang berada dalam satu kelurahan yang sama dengan lokasi pekerjaan perbaikan Rutilahu,” katanya.
Menurut Irvan, dengan adanya program Dandan Omah yang dikerjakan melalui Padat Karya, tentu akan dapat meningkatkan kondisi perekonomi masyarakat dan meningkatkan perputaran ekonomi di 154 kelurahan di Surabaya.
“Harapan akhirnya tentu rumah warga layak huni semuanya dan perekonomian Surabaya kembali pulih,” tukasnya.
Pekerjaan Dandan Omah ini melibatkan Kelompok Teknis Perbaikan Rumah (KTPR) atau pekerja yang berasal dari warga sekitar. Setiap satu unit rumah yang dibedah dikerjakan oleh empat orang pekerja dengan estimasi pekerjaan selama 20 hari. Sedangkan, untuk anggaran pada tiap unit rumah sebesar Rp 35 juta.
Program padat karya di Kota Pahlawan ini mampu menyerap 3.200 tenaga kerja yang merupakan warga di wilayah sekitar. Bahkan, program ini turut melibatkan 154 toko galangan di kelurahan masing-masing dengan dana berputar mencapai Rp 28 miliar.
“Dandan Omah Ini betul-betul swadaya masyarakat. Jadi kita hanya menyerahkan anggaran ke Tim KTPR. Kemudian, mereka yang mengerjakan,” akunya.
Pemkot Surabaya lebih memprioritaskan kebijakan-kebijakan untuk perbaikan pembangunan sumber daya manusia dan kepentingan masyarakat di tahun 2022 ini. Sebab, Wali Kota Eri Cahyadi menilai Surabaya dapat menjadi kota hebat apabila masyarakatnya sudah sejahtera.
“Surabaya ini adalah ekonomi kerakyatan. Maka uang itu dari Surabaya, berputar di Surabaya dan untuk orang Surabaya,” katanya.
Untuk itu, ia mengingatkan kepada camat dan lurah agar jangan sampai ada warga yang rumahnya tidak layak namun tidak dilaporkan. Ia menegaskan anggaran pemkot itu akan jauh lebih bermanfaat jika digunakan untuk kesejahteraan rakyat daripada untuk membangun bangunan yang monumental. **