Sebagai catatan keempat, lanjut dia, agar mampu menjaga lisan.
“Jaga Lisanmu dan Pena Mu. _Ihfadz Lisanaka wa Qalamaka_. Jangan sebar aib-aib orang. Karena kalau kita buka aib orang, maka Allah akan buka aib kita,” ujar Ahmad Al-Misry.
Tips kelima, menurut Ahmad Al-Misry, kemampuan
menghiasi diri dengan sikap jujur. Juga menghindari hal-hal dusta, walaupun disenangi orang. “Karena menghasilkan uang dari perbuatan yang diharamkan, maka tidak akan bermanfaat untuk kita, tidak ada keberkahan didalamnya,” tuturnya mengingatkan.
Ahmad Al-Misry menegaskan, bahwa wartawan bisa mengubah penampilan, tapi kita tidak bisa mengubah Akhlaq. “Perbaikilah Akhlaqmu, agar Allah memandangmu dengan baik. Sekali lagi jangan membuka aib orang lain, Allah akan buka aibmu,” tandasnya.
Catatan keenam, manusia harus senantiasa memuliakan diri dengan adab. Jangan meremehkan, merendahkan, dan mengolok-olok orang, apalagi menyerang secara fisik, siapapun dia. Menyerang orang ada dua hal, ada aib dan akhlaq, luruskan dia dengan akhlaq yang baik. Tapi kalau aib fisik, maka tidak ada manusia yang sempurna.
_Laqad khalaqnal insaana fi ahsani taqwim_.
Sebagai catatan terakhir, menurut Ahmad Al-Misry, harus teliti atau tabayyun terhadap informasi. Pilah dan pilih informasi yang akan kita sebarkan. Karena kalau sudah tersebar, maka akan sulit untuk dikendalikan. Ibarat menyebarkan bulu ayam di pasar, maka akan susah didapatkan kembali.
“Gunakan media telekomunikasi kita dengan baik untuk mengkroscek informasi tersebut sekaligus teliti dan tanyakan, tabayyunkan.
Karena orang yang “bangkrut” menurut Hadits Nabi adalah orang yang banyak shalatnya, puasanya, amal shalihnya, tetapi dia merendahkan, menuduh fulan, maka dia di akhirat akan dimintai penuntasan/pertanggungjawaban. Jangan sampai pahala kita habis karena hal hal tersebut.
Ahmad Al-Misry pada akhir tausiah berharap, mudah-mudahan kita semua dapat menjaga lisan dan tulisan kita, agar termasuk orang yang berbagi dalam kebaikan dan hal yang manfaat. Menjadi jembatan kebaikan bagi negeri kita tercinta.
_Khairunnas anfa’uhum lin naas_.
*Indonesia menjadi Baldatun9 Thayyibatun wa Rabbun Ghafur*. (num)