Hal Ini berbeda dengan Ibadah puasa yang benar-benar hanya Allah dan orang itu saja yang mengetahuinya. Walaupun demikian, setelah dia tau bahwa dirinya berpuasa pada akhirnya malah tidak tau apakah dia berpuasa atau tidak, karena ibadah puasa ini disamping harus dapat menjaga agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan batalnya puasa seperti makan, minum, dan melakukan hubungan suami-isteri dengan isteri yang sah disiang hari, juga harus menjaga agar puasanya tidak hanya dapat lapar dan dahaga karena melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak pahala puasa seperti berbohong, bergunjing, adu-domba, melakukan sumpah palsu, dan melihat dengan syahwat terhadap lawan jenisnya.
2. Ibadah AntaraTuhan dan Hamba
Ibadah puasa merupakan ibadah yang tidak dapat diraba oleh panca indera orang lain sebagai wujud ibadah karena hanya Allah dan orang itu sendiri yang mengetahuinya, orang lain tidak mengetahuinya, dan pada gilirannya orang itu sendiri juga tidak mengetahuinya dirinya telah melakukan ibadah puasa apa tidak karena hanya Allah Yang Maha Mengetahuinya, dan Allah sendirilah yang membalas pahala ibadah puasa hambaNya.
Allah berfirman dalam hadits qudsyi: semua amal anak Adam untuk anak Adam itu sendiri kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untukKu dan Aku sendiri yang akan membalasnya.
Semua wujud ibadah selain puasa kemanfaatannya untuk orang yang beribadah itu sendiri yaitu untuk menebus surga Allah. Beribadah untuk dapat masuk surgaNya. Besar kecilnya surga, dekat dan jauhnya surga, serta lengkap dan tidaknya isi surga ditentukan oleh ibadah-ibadah selain puasa. Sedangkan puasa Alloh sendiri yang akan membalasnya dengan balasan selain surga.
Balasan Allah kepada hambaNya yang melakukan ibadah puasa ini semata-mata merupakan Keangungan dan Kemuliaan Ketuhanan (‘alaa karomir rubuubiyyah), bukan karena hak yang harus diterima seseorang hamba sebagai pahala telah melakukan ibadah puasa (laa ‘alaa istihqooqil ‘ubuudiyyah), oleh karena itulah Abul Hasan mengatakan makna Firman Allah di atas “dan Aku sendiri yang akan membalasnya” , yaitu Allah menyatakan semua ketaatan atau semua perbuatan ibadah pahalanya berupa surga, sedangkan puasanya balasannya menemuiKu, Aku dapat melihatnya dan dia dapat melihatKu, dia dapat berbicara denganKu dan Aku dapat berbicara dengannya, tanpa utusan dan penerjemah.
Betapa dahsyat ibadah puasa ini karena berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain. Dengan melakukan ibadah puasa seseorang mempunyai harapan dapat ketemu dengan Allah, dilihat dan melihat Allah, berbicara langsung dengan Allah tanpa utusan dan penerjemah.
Nabi Musa yang mempunyai gelar Kalimullah (orang yang dapat berbicara dengan Allah) ketika berbicara dengan Allah masih dihalangi hijab atau tabir sebanyak 70.000 (tujuh puluh ribu) tabir, dan jarak antara tabir yang satu dengan tabir yang lain sejauh 500 (lima ratus) tahun perjalanan. Nabi yang mempunyai gelar Kalimullah saja untuk dapat berbicara dengan Allah jaraknya sejauh itu, sedangkan umat Muhammad, umat Islam untuk.bisa ketemu, melihat, dan berbicara dengan Allah tanpa utusan dan penerjemah, dan bisa dibayangkan jika jarak itu hanya sejauh 2 (dua) busur atau lebih dekat lagi, betapa mulianya dan terhormatnya umat Muhammad, Umat Islam yang rapuh dan dho’if seperti kita ini dihadapan Allah. Itulah keistimewaan ibadah puasa di bulan puasa.
Para Ulama’ bersepakat bahwa ibadah puasa yang dapat balasan langsung dari Allah adalah puasa orang-orang yang selamat dari kemaksiatan baik ucapan maupun perbuatan.
Semoga kita sebagai umat Muhammad, umat Islam yang sedang melakukan ibadah puasa ini benar-benar mendapat berkah dan ridhaNya, terjaga dan terselamatkan dari perbuatan kemaksiatan yang dapat merusak pahala dan bahkan membatalkan ibadah puasa. Allohumma innaka ‘afuwwun Kariim tuhibbu al ‘afaa fa’fuannaa Yaa kariim…Aamiin YRA. (*)