banner 728x90

Ini Sosok Syafrudin Budiman Ketua Umum Partai UKM Indonesia, Dari Aktivis, Jurnalis dan Politisi

Ini Sosok Syafrudin Budiman Ketua Umum Partai UKM Indonesia, Dari Aktivis, Jurnalis dan Politisi
Syafrudin Budiman

Dalam Rapimnas Partai Matahari Bangsa 30 April – 01 Mei 2011 di Hotel Gren Alia Cikini Jakarta, ia menyampaikan pidato politiknya.

“Warga Muhammadiyah dan generasi muda-nya tidak bisa berpijak pada kaki orang lain, namun harus berpijak pada kaki sendiri. Mengingat cita-cita dan tujuan Muhammadiyah tergantung para kadernya. Termasuk keterlibatannya dalam dunia politik kebangsaan,” katanya disambut aplaus dari peserta Rapimnas.

Syafrudin Budiman pernah Calon Anggota Legestalif (caleg) Daerah Pemilihan VIII (Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, Kabupaten Madiun dan Kota Madiun) nomor urut 1, tetapi gagal terpilih. Sang Revolusioner ini tak pernah menyerah dan frustasi dalam perjuangan kerakyataan dan kebangsaan di Jawa Timur.

Setelah itu dirinya bergabung ke Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai Caleg DPR RI Tahun 2014. Setelah secara resmi PMB bergabung dengan partai yang dikomandani Hatta Rajasa ini.

Ia saat itu menjadi Caleg DPR RI PAN Dapil Jatim I Surabaya – Sidoarjo. Politisi muda ini maju sebagai Caleg PAN berdasarkan usulan Ketua Umum PP PMB, Imam Addaruqutni. Ia pada 2019 sempat bergabung ke PSI sebagai Caleg DPRD Propinsi Jawa Timur Dapil 14 Madura No 1.

Dirinya juga aktif sebagai Ketua Umum Presidium Pusat Barisan Pembaharuan (PP-BP) organisasi relawan yang mendukung Jokowi-Amin 01 pada Pilpres 2019. Bersama Aliansi Relawan Jokowi (ARJ), Koalisi Nasional Relawan Muslim Indonesia (KN-RMI) dan Posko Relawan 01 banyak terlibat aktif pada kegiatan-kegiatan pemenangan dan sosialisasi pemerintahan Jokowi-Amin.

Konsultan Media dan Politik

Dengan pengalamannya dibidang media dan politik, Syafrudin Budiman juga aktif gerakan intelektual dengan menjadi Jurnalis, Penulis, Analis Pemerhati Sosial Politik dan Media. Hal ini menjadi mata pencahariannya sejak di mahasiswa 2021. Dirinya juga sering diundang oleh-oleh TV, Radio dan media cetak untuk mengisi dialog dan wawancara tentang situasi politik lokal dan nasional.

Beberapa media tersebut yang sering meliput Syafrudin Budiman diantaranya, RCTI, Metro TV, TVRI, JTV, SBO TV, Madura Channel, RRI, Nada FM, Suara Surabaya, Radio Muslim Surabaya dan berbagai media cetak dan elektronik lainnya.

Syafrudin Budiman juga spesialis bidang media dalam Tim Kampanye dan Politik Personal Branding bagi calon bupati dan wakil bupati, serta anggota DPR RI, DPRD Jatim dan DPRD Kabupaten/Kota.

Bahkan pada Pilpres 2019, ia dipercaya menjadi kordinator media center Rumah Aspirasi Rakyat 01 Jokowi-Amin oleh Deddy Yesfry Sitorus berdasarkan rekomendasi Bang Jay dan Almarhum Muhammad Yamin (Ketua Umum Seknas Jokowi).

“Sebagai jurnalis, penulis, analis media dan sosial politik saya sangat senang, sehingga bisa menyampaikan ide, gagasan dan bahkan kritik,” kata pria yang gemar musik rock alternatif ini.

Karirnya di bidang media dan lembaga sosial kemasyarakatan cukup bagus. Pengalaman kerjanya ia mulai sebagai Reporter dan Wakil Manejer Radio WK FM Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (2001-2003), Wartawan Surabaya Post (2002-2003), Wartawan dan Kepala Biro Radar Minggu (2004-2006).

Selain itu pegiat seni dan budaya ini juga pernah menjadi Redaktur Koran Mandarin Rela Warta/Cheng Bao (2004-2005) milik sahabatnya almarhum Hendi Prayogo (Sekretaris PSMTI Jawa Timur).

Pernah juga menjadi konstributor di media persyarikatan Muhammadiyah www.muhmmadiyah.or.id (2006-2007). Dirinya sebelumnya juga pernah menjadi kontributor Republika (2010) di Madura dan Redaktur Senior di www.jifoksi-mti.com, sebuah media khusus informasi pengadaan barang jasa dan konstruksi.

Dalam media seni dirinya pernah mendirikan liputanwinda.com (Warta Indonesia Berbudaya), dimana ia menjadi pemilik dan penulis. Ia juga pernah jadi Ketua Panitia Festival Madura 2009, sebuah festival kebudayaan yang digelar tiga hari dengan bendera Plat M.

Selain saat Pilpres 2019, ia juga aktif sebagai Ketua Festival Film Pendek Jokowi 2018, Workshop Batik 2019, Festival Melukis Jokowi (Lukis Mural, Melukis Kopi, Workshop Melukis, Melukis Cepat dan Pameran Lukisan Jokowi) 2019 di Rumah Aspirasi Rakyat 01 Jl. Proklamasi 46 Jakarta Pusat.

“Saya sangat senang terlibat dalam kegiatan kebudayaan. Melalui budaya kita bisa memberikan pesan-pesan moral dan humanitas untuk kebangsaan,” tukasnya.

Sementara itu dalam kegiatan sosial kemasyarakatan Rudi pernah bekerja sebagai Koordinator Entry Data Pemilu Legeslatif 2004, Pilpres I dan II di Jawa Timur 2005 DPD IMM Jawa Timur. Ia juga terlibat aktif sebagai Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) DPD IMM Jawa Timur bekerjasama dengan The Asia Fondation (2004-2005).

Sebagai konsultan Media dan Politik Syafrudin Budiman memiliki lembaga yang bergerak pada Riset dan Penelitian dengan nama Lembaga Andalan (Analis Politik dan Media) (2004-sekarang). Lewat lembaga ini dirinya sering menerima order untuk sebuah pemetaan politik, magerial dan opinion building politik.

Tulisan dan karya ilmiahnya sering dimuat di berbagai media cetak dan online, terkait masalah Pilkada dan Pemilu. Ia juga sering diundang menjadi pembicara dalam Diskusi, Seminar, Pelatihan dan Focus Group Discussion (FGD).

Cicit Tokoh Besar Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama (NU)

Syafrudin Budiman adalah cicit dari (Alm) KH.Mas Mansur, Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah jaman kemerdekaan, yang juga Inspirator berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MAIA) yang bermetamorfosa menjadi Masyumi.

KH. Mas Mansur berhasil melakukan gebrakan politik yang cukup berhasil bagi ummat Islam dengan memprakarsai berdirinya MAIA, bersama Hasyim Asy’ari dan Wahab Hasboellah yang keduanya dari Nahdlatul Ulama (NU).

KH Mas Mansur juga memprakarsai berdirinya Partai Islam Indonesia (PII) bersama Dr. Sukiman Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Demikian juga ketika Jepang berkuasa di Indonesia, KH. Mas Mansur termasuk dalam empat orang tokoh nasional yang sangat diperhitungkan, yang terkenal dengan empat serangkai, yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansur. (id.wikipedia.org/wiki/Mas_Mansoer#Terpilih_menjadi_Ketua_PB_Muhammadiyah).

KH Mas Mansur termasuk dalam Keluarga Besar Sagipodin (Bani Gipo) yang dikenal memiliki akar yang kuat di kalangan Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama, Kedua Cucu Sagipodin yakni KH Mas Mansur dan KH. Hasan Basri (Hasan Gipo) merupakan dua tokoh penting dalam pertumbuhan Muhammadiyah dan NU.

Dimana yang seorang dipercaya sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, sementara seorang lagi mendapat amanat sebagai Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (NU) Pertama kali.

Selain sebagai Cangka dari KH. Mas Mansur, Syafrudin Budiman juga merupakan cangka dari R. Musaid “Seorang Pejuang Budaya,” yang juga seorang tokoh Muhammadiyah di Sumenep Madura.

Jadi sangat wajar jika Syafrudin Budiman secara politik kebangsaan mewakili KH. Mas Mansur atau KH. Hasan Bisri (Hasan Gipo) dan dari sisi cintanya kepada kebudayaan Syafrudin Budiman mewakili Raden Musaid “Werdisastro”.

Raden Musaid adalah Sastrawan Legendaris yang berjasa menulis Babad Sumenep. Awalnya penulisan tersebut dimaksudkan sebagai upaya pelurusan sejarah terutama sejarah Islam di sumenep dalam bingkai dinamika hubungan antar etnik yang berlangsung damai.

Dalam Babad itu digambarkan pula tumbuh kembang sebuah komunitas masyarakat berperadaban dan berperilaku elok yang disebut Bangselok.

Sebagai Budayawan dan Pejuang secara cerdik Raden Musaid berupaya mengobarkan semangat perjuangan anti penjajahan kolonial belanda melalui simbol dan kiasan yang banyak terdapat dalam Babad yang dikarangnya.

Raden Musaid mendapat gelar “WERDISASTRO.” dan mendapat penghargaan sejumlah uang gulden dari Belanda, karena kemampuannya dalam sastra.

Sejak itulah Raden Musaid dikenal sebagai R. Musaid Werdisastro, ketika tarikh masehi menginjak 15 Pebruari 1914 Naskah Babad Sumenep tersebut naik cetak dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Sehingga anggapan Raden Musaid sebagai sastrawan lokal menjadi terbantahkan, Babad Sumenep menjadi sebuah naskah budaya yang memperkaya khazanah budaya dan sejarah bangsa.

Raden Musaid yang budayawan dan cendikiawan memiliki kedekatan dengan Kyai Haji Mas Mansur yang berdarah Sumenep, dalam berbagai biografi disebutkan bahwa KH Mas Achmad Marzuki (ayahanda Mas Mansur) terhitung masih keturunan dari bangsawan Sumenep.

“Raden Musaid menjadi penggerak pengembangan Muhammadiyah di Sumenep, beliau secara tegas menolak dikotomi NU-Muhammadiyah, menurutnya NU-Muhammadiyah atau Ormas keagamaan lainnya sama-sama bisa menjadi jembatan pergerakan berbasis keagamaan yang bisa mengantarkan ummat menggapai pencerahan spiritual,” kata Gus Din sapaan akrab Syafrudin Budiman.

Lahir Dari Keluarga Pergerakan Politik dan Dakwah

Syafrudin Budiman memiliki kakek almarhum Ustadz atau KH. Abd.Kadir Muhammad (AKM) adalah Ketua PD Muhammadiyah Sumenep-Madura yang juga mantan anggota DPRD Sumenep dari Masyumi. Sementara Bapaknya Ustadz Ach. Zainudddin HR pernah menjadi Ketua PCM Sumenep/Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah.

Sedangkan Ibunya Mardhiyah adalah mantan Ketua Umum Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiah Sumenep (PD NA) periode 1992-1997.

Kedua orangtuanya sama-sama aktifis PII dan KAPPI/KAMMI tahun 66-67 dan sempat aktif di GPI underbow Masyumi.

“Saya memang lahir dari keluarga politisi dan keluarga struktur Muhammadiyah. Malah yang mendorong saya bergabung ke Partai Matahari Bangsa (PMB) adalah keluarga sendiri. Ketika kami kedatangan KH. Imam Addaruqutni, Ketua Umum PP PMB di Sumenep Madura 2007 lalu, yang menyambut hangat adalah keluarga besar AKM,” kata Gus Din bercerita.

Walaupun Syafrudin Budiman lahir dari keluarga Muhammadiyah dan NU. Dirinya tetap dipanggil Gus oleh beberapa kyai, santri dan kalangan Nadliyin. Sebab, selain lahir dari keluarga berpendidikan, ningrat dan tokoh-tokoh agama, Gus Din dikenal sangat berbaur dengan kalangan NU di Madura dan Jawa Timur.

Keluarga besar Gus Din semuanya dimakamkan di Pemakaman Raja-Raja Asta Tinggi, tepatnya di Komplek Pemakaman Adipati Suroadimenggolo dan Adipati Priggolojo, yang juga mertua dan ipar Sultan Abdurrahman (Panembahan Semolo/Pakunata Diningrat I) Raja Sumenep.

Politisi Muda Bersih dan Anti Suap

Gus Din sebagai Ketua DPW PMB Jatim saat itu dikenal dengan dengan kalangan NU. Terbukti dirinya loyal mendukung calon Gubernur Khofifah Indar Parawasa pada Pilgub 2013.

Konsistensi mendukung Khofifah dan menolak disuap 2 Milyar oleh kelompok Soekarwo untuk mencabut dukungan kepada Khofifah ditolaknya.

Langkah Gus Din banyak mendapat pujian karena menolak begal demokrasi, diantaranya dari KH. Hasyim Muzadi, KH. Salahuddin Wahid dan Rizal Ramli.

“Saya takjub sama mas Syafrudin Budiman, politisi muda yang teruji dan komitmen pada perjuangan. Walau ancaman dan godaan ada dihadapannya,” kata Khofifah dalam konferensi pers menolak pembegalan politik, Mei 2013 lalu.

Yang menjadi saksi kejadian nyata tersebut adalah KH. Imam Addaruqutni MA Ketua PP PMB dan sekarang Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang terus digoda mencabut dukungan. Bahkan, kadang KH. Imam Addaruqutni sering menyampaikan kepada generasi muda Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) untuk meniru langkah Syafrudin Budiman, Politisi Muda yang tidak goyah dan komitmen perjuangan walau digoda uang milyaran.

“Saya termasuk salut akan perjuangkan Syafrudin Budiman. Langkah dan gerakannya bisa menjadi contoh generasi muda kedepannya,” kata Imam Addaruqutni saat disambangi Syafrudin Budiman dikediamannya, Juli 2021 lalu. (red)