Jumat, 29 Maret 2024
25 C
Surabaya
More
    OpiniTajukRenungan Hari Pahlawan

    Renungan Hari Pahlawan

    Oleh Djoko Tetuko

    Renungan Hari Pahlawan di Kota Surabaya sesungguhnya berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Hal itu karena Arek-arek Suboboyo sebutan untuk pejuang dan pahlawan pertempuran melawan Sekutu hampir seluruh rakyat Jawa Timur dan pemuda-pemudi serta santri seluruh nusantara benar-benar berperang “hidup mati” di sekitar Tugu Pahlawan.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontemplasi ialah
    renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Sehingga ketika seseorang berkontemplasi
    berarati merenung dan berpikir dengan sepenuh perhatian.

    Merenung pada Hari Pahlawan 10 November 2021 merupakan perenungan ribuan pahlawan yang gugur terkubur di sekitar Tugu Pahlawan, dan ribuan lagi gugur dalam peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Oranye (Hotel Yamato, ketika pendudukan Jepang) dan kini bernama Hotel Majapahit.

    Ribuan Arek-arek Suroboyo gugur di sekitar Jembatan Merah, karena ikhlas berjuang atas panggilan Resolusi Jihad Hadratus Syech KH Hasyim Asy’ari, bagi santri dan pemuda dengan radius 90 Km dari Kota Surabaya, wajib berperang melawan Sekutu dengan pasukan utama Tentara Inggris diboncengi Gorga (gabungan pasukan India dan sekitarnya) juga Belanda, untuk mempertahankan kemerdekaan.

    Resolusi Jihad sudah mendapat tanda kehormatan sebagai Hari Santri, (sementara) belum ada di dunia penghargaan bagi santri seperti di Indonesia, sehingga wajib dirawat dengan sungguh-sungguh terutama menjaga nama besar santri dan guru para santri. Hal itu karena waktu jihad kiai dan santri (pondok pesantren dan santri kampung yang mengaji di rumah-rumah ustad dan kiai) meninggalkan keluarga dengan niat tulus ikhlas bertekad berjuang untuk mempertahankan kemedekaan Indonesia.

    Sekedar menorehkan sejarah peristiwa tempo dulu, untuk mengingatkan kembali kepada anak cucu bahwa Tugu Pahlawan bukan sekedar tugu berdiri dengan nama pahlawan. Tetapi benar-benar terkubur ribuan pahlawan ketika itu.

    Sekedar mengingatkan bahwa ketika memperingati Hari Pahlawan, di Kota Pahlawan Surabaya, sesungguhnya bukan hanya warga Surabaya yang berjuang ketika itu, hampir seluruh warga Jawa Timur dan santri juga pemuda yang tinggal di Surabaya dan Jawa Timur serta seluruh nusantara turut bertempur sampai titik darah penghabisan.

    Jika zaman Gubernur Jawa Timur Soelarso untuk menjaga marwah Kota Pahlawan dengan memberikan tetenger tempat dan gedung bangunan bersejarah supaya tetap dipertahankan arsitektur dan keberadaannya, maka ke depan perlu menguatkan kembali dengan renungan di sejumlah titik perjuangan “hidup mati” Arek-arek Suroboyo.

    Sutradara kawakan Prof Sam Abede Pareno yang juga wartawan senior bersama seniman dan warga Surabaya dari berbagai elemen, sempat menyajikan drama kontemporer di Tugu Pahlawan, Jembatan Merah, dan Hotel Majapahit serta beberapa tempat bersejarah.

    Kota Pahlawan Surabaya rasanya tidak akan habis dibedah sebagai kota dengan sejuta pesona tentang kepahlawanan dan tentang “Arek”. Sekedar berkontemplasi pada peringatan Hari Pahlawan bahwa jutaan pesona jika ditradisikan menjadi program untuk generasi muda, generasi milenial, dan generasi Z, akan menjadi kekuatan daya panggil sangat dahsyat.

    Sekedar berkontemplasi sejenak saja sambil melayang-layang di atas Kota Surabaya, maka tempat bersejarah, kuliner dengan makanan khas, tradisi dan budaya, keindahan Kali Mas, suara mengalir Kali Brantas, keunikan Taman Bungkul, Kawasan Religius Ampel, dan masih banyak lagi rasanya sejuta pun masih kurang. Semua jika dikelola dengan sungguh-sungguh dan profesional, maka Kota Surabaya dan tradisi budaya Jawa Timur semakin berdaya luar biasa.

    Kamis dini hari (10/11/2021) pukul 00:30, mengawali peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2021. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, melaksanakan Apel Kehormatan dan Renungan Suci (AKRS) di Makam Pahlawan Mayjen Sungkono, Surabaya.

    Rasanya baru kemarin pertempuran hebat dan dahsyat di Kota Surabaya itu berlangsung, masih bau anyir darah pahlawan di antara Jembatan Merah dan Jalan Tunjungan, masih bau menyengat mayat pahlawan terkubur di antara Tugu Pahlawan.

    Kenang kenang lah para pahlawan dalam kehidupan seluruh anak bangsa se antero nusantara, menjadi pengobar semangat sepanjang masa, sepanjang hayat dikandung badan, sepanjang nafas masih berirama, sepanjang dunia masih menyapa, menjadi kekuatan menjaga kedaulatan bangsa dan negara karena Republik Indonesia merdeka dibayar dengan jutaan nyawa pahlawan.

    Kini generasi muda dan generasi penerus tanpa mau lupa terus menjaga dan mengawal harkat, martabat, dan kehormatan bangsa dan negara di atas segala-galanya. Percayalah bumi Kota Pahlawan Surabaya selalu bersama mereka yang mau berjuang dan merawat Indonesia.

    Perenungan sangat mendalam akan melahirkan ide-ide besar dalam mewujudkan pahlawan masa kini, pahlawan dengan kemampuan mampu berjuang mensejahterakan kemakmuran bangsa dan negara yang berkeadilan.

    Perenungan mendalam akan melahirkan warga negara mau dan mampu membela dan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. (Penulis Pemimpin Redaksi WartaTransparansi.com & KoranTransparansi)

    Penulis : Djoko Tetuko

    Sumber : WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan