Malu! Kontingen PON XX Jatim Termiskin, Diantara Pesaing (4 habis)

Malu! Kontingen PON XX Jatim Termiskin, Diantara Pesaing (4 habis)
Atlet lari gawang Sulastri (kiri) dan Ghanes Bagus Pandega (kanan) ketika berlatih di Stadion Brawijaya, Kota Kediri, Jawa Timur. (foto/dok)

Dengan demikian sebagai wakil provinsi kaya tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk meraih prestsi tertinggi. Kebutuhan sangat mendasar dalam bertanding dan lainnya, juga dilakukan perubahan.

Malu adalah sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari melakukan yang merendahkan atau kurang menghargai orang lain. Kontingen PON XX Jatim sebagai refresentatif wakil provinsi hebat dan kaya, hanya diberi anggaran secukupnya.

Padahal, seyogyanya mendapat anggaran prioritas sekaligus menjadi raja dan ratu dalam persiapan memperjuangkan nama besar Jawa Timur, untuk menorehkan prestasi demi menjaga kehormatan Jawa Timur.

Apakah sebagai duta olahraga Jawa Timur harus dihormati dan diberikan fasilitas lebih. Tentu saja bukan sekedar harus, tetapi wajib karena membela panji kebesaran Jawa Timur, bendera Jawa Timur dengan motto Jer Basuki Mawa Beya.

Aji ne rogo soko busono, Aji ne kamulyo soko akhlak kang mulyo, Aji ne duta (wakil) soko jogo negoro.

Jika menjelang akhir persiapan hingga pertempuran di medan laga, guna menentukan dan menjaga negoro (Provinsi Jawa Timur), tidak ada kebijakan baru, maka dengan segala rendah hati seluruh rakyat Jawa Timur wajib hukumnya tetap membantu doa.

Bahkan jika ada rejeki lebih tidak berlebihan membantu memberikan bonus atau tali asih kepada duta olahraga Jawa Timur, dipentas tertinggi nasional, puncak pergelaran prestasi nasional untuk bangsa dan negara Indonesia. (Jt)