Dimana pada PON XX Papua, Kontingen PON Jatim diperkirakan membidik sekitar 120 medali emas, dengan selisih 5-10 dengan DKI Jakarta dan 5-15 dengan Jawa Barat. Tetapi dari segi anggaran dan persiapan tidak didukung sama sekali.
Sumber terpercaya menyatakan bahwa Kontingen PON XX DKI Jakarta mendapat suntikan anggaran Rp410 miliar, Kontingen PON XX Jabar Rp254 miliar, sementara Jatim hanya Rp218 miliar. Inilah cikal bakal kehancuran pembinaan olahraga nasional dari Jatim karena pejabat di daerah yang notabene menjadi penanggung jawab kebangkitan prestasi olahraga nasional, sengaja atau tidak sengaja memberikan dukungan anggaran tidak memadai.
Apalagi, bicara soal PON bahwa menjelang keberangkatan ke medan laga dengan berbagai persiapan maksimal, semestinya atlet sudah dipersiapkan seperti “raja”. Juga mendapat dukungan moril dan materiil seakan-seakan pertandingan di PON XX titik puncak kulminasi pembinaan nasional menuju jenjang prestasi internasional. Benar-benar puncak memburu prestsi.
Kebiasaan menjelang laga di PON atlet-atlet Jatim potensi memperoleh medali emas, sudah dipajang gambarnya di mana-mana, dikenalkan ke seluruh publik sekaligus dimintakan doa supaya mencapai sukses gilang gemilang. Mungkin karena anggaran termiskin diantara pesaing dibiarkan seperti tidak persiapan perang besar di medan olahraga.
Sekali lagi, jika tidak didukung anggaran yang memadai dan kebersamaan semua pihak mendukung Kontingen PON XX Jatim, maka jangan salahkan jika menjadi bibit kegagalan dan kebencian atlet terhadap Jawa Timur. Karena tidak memberikan penghargaan sebagaimana layaknya. (djoko tetuko/bersambung)