Afghanistan Gerbang Persekutuan Islam-Kristen? (Bagian 1)

Bersambung...

Afghanistan Gerbang Persekutuan Islam-Kristen? (Bagian 1)
Anwar Hudijono

Saling melindungi

Maka, perang di Afghanistan, saya kira tidak berlebihan, jika menggunakan perspektif Quran Surah Al Maidah.

Kita mulai dengan Al Maidah 51.
“Wahai orang-orang beriman. Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin (mu). Mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.”

Dilanjutkan dengan ayat 52:
“Maka, kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit segera mendekati mereka, seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan, atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya, sehingga mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.”

Ayat di atas menegaskan tentang kelompok atau golongan tertentu, baik di Yahudi, Kristen maupun Islam. Tidak dialamatkan untuk semua umat dalam ketiga agama. Nah, dalam kasus Afghanistan, mengikuti alur pemikiran Syekh Imran Hossein bahwa NATO dan Amerika adalah representasi zionisme yang merupakan koalisi atau persekutuan kelompok tertentu di Yahudi dan Kristen.

Produk persekutuan ketiga kelompok ini bisa dibaca dengan perspektif ayat 57.
“Wahai orang-orang beriman. Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.”

Memang yang menjadi penguasa adalah kelompok orang Islam. Tapi sebenarnya hanya sebatas “seolah berkuasa”. Sekadar wayang “mati” yang digerakkan. Penggeraknya tetap “invisible hand” atau dalang. Maka tidak perlu heran, ketika dalangnya kabur, wayangnya masuk kotak. Layaknya kacang panjang dipisah dari lanjarannya.

Di dalam persekutuan semacam itu, kalau dicermati ayat di atas sebenarnya unsur kelompok Islam hanya sebatas pelengkap penyerta. Bahkan pelengkap penderita. Dalam istilah pewayangan sebatas bolo dupak. Dalam film disebut figuran. Tidak masuk dalam elite strategis.

Karena status hanya bolo dupak, seandainya ada endum-enduman (bagi hasil), hanya sebatas mendapat recehan. Kalau yang dibagi tumpeng, hanya mendapat gogrokan. Tapi jika ada sakitnya, kelompok bolo dupak inilah yang justru paling remuk. Kalau di film action, mereka ini berperan sebagai figuran yang digebuki, diinjak-injak, dan mati. (*)