Potret hiruk pikuk kehidupan di kawasan wisata religi Ampel, tidak banyak berbeda dengan situasi dan kondisi Makkah dan Madinah. Denyut nadi hilir mudik (lalu lalang) dan dzikir mudik (mengingat Allah SWT ke atas langit) berlangsung selama 24 jam.
Bahkan, kawasan wisata religi Ampel lebih kompleks karena bukan kota Haramaian (dua kota Makkah dan Madinah) yang terjaga dari kesibukan berbau haram.
Sudut-sudut keramaian dan kesunyian di kawasan Ampel, masih banyak menemukan potret yang berbeda dengan Makkah dan Madinah. Inilah sebuah kekayaan sekaligus tantangan bagaimana mengubah kawasan wisata religi Ampel menjadi menjadi kekuatan wisata Kota Surabaya. Menjadi “Hidup 24 Jam Plus”.
Apalagi, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berbaur dengan pelaku usaha level internasional, dalam berbagai lintas pelaku usaha dan beraneka ragam model perdagangan.
Kekayaan budaya, keunikan kampung Ampel, kekhasan Makam Sunan Ampel, kekhususan para peziarah, kehebatan para pedagang kelas teri sampai kelas bergengsi , adalah tantangan untuk membangun sebuah kawasan dengan perubahan menjanjikan.
Selasa (24/8/2021), Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sowan ke Markas Koarmada II, Salah satu misinya, ingin berkolaborasi mengembangkan kawasan wisata religi Ampel.