Pasar yang tidak kalah laju yaitu “Sunday market” yang ada di beberapa kecamatan, kabupaten, bahkan kota lain.” Ini adalah salah satu kiat Ramadani dalam bisnisnya di masa pandemi,” ungkap Anik Darwati,M.Pd yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi di Kota Ponorogo.
Selama pandemi yang hampir 1,5 tahun berlalu ditambah pemberlakuan PSBB dan saat ini PPKM menjadikan Ramadani marketing harus overhandling, maksudnya menggeser atau shifting dari gaya bisnisnya, bukan tujuan bisnisnya.”Ini siasat kita untuk dapat bertahan,” terangnya
Dari yang semula berkerumun di pasar minggu, kini harus digeser menjadi delivery order. Market-market yang direct 75% mengalami down. Namun sebagai pengusaha, ramadani tidaklah diam menerima kondisi selama pandemi. akhirnya presentasi-presentasi produk disodorkan pada lembaga, instansi baik swasta atau pemerintah yang sedang giat dalam bakti sosial dan kegiatan-kegiatan sosial selama pandemi.
Inovasi bisnisnya membuat omset kembali membaik, bahkan melebihi dari yang sebelumnya.Untuk bisa menarik konsumen Ramadani juga berinovasi dalam kemasan marketing yaitu eduwisata, dan pembeli oleh-oleh telur asin yang kebanyakan dari luar kota butuh tempat istirahat atau istilahnya sekedar rest area. Akhirnya ramadani memfasilitasi galerinya dengan tempat (taman)yang nyaman untuk bersantai, galeri kuliner, dan kolam renang dalam satu atap produksi (workshop) telur asin.
Dengan penggabungan atau kombinasi dari produk telur asin dan eduwisata sehingga tujuan usaha tercapai dengan baik bahkan ada penambahan pendapatan dari hasil pengembangan usaha baru.Kini disaat pandemi Anik telah berhasil mempertahankan bisnisnya bahkan menaikkan omzet.Kiat dan strategi baik di bidang produksi,kemasan dan sistem pemasarannya sukses bertahan di saat para pebisnis lain kelimpungan bahkan gulung tikar Anik justru mendulang sukses bisnisnya.(rud/min)