Terlebih, dengan ditemukannya Covid-19 varian delta di Surabaya membuat perawatan pasien itu menjadi lebih lama. Oleh karena itu, Eri kembali memohon kepada masyarakat agar lebih mawas diri dan tetap disiplin menjaga protokol kesehatan.
“Sekarang sakitnya lebih lama pengobatannya. Kalau dulu yang varian lama, tiga hari sembuh. Ini varian delta sampai seminggu lebih, berarti kan terus nambah jumlahnya,” ujarnya.
Hal ini pun kemudian berdampak pada BOR (Bed Occupancy Ratio) atau keterisian rumah sakit di Surabaya meningkat, bahkan hampir penuh.
Menurut dia, meskipun kapasitas bed di rumah sakit terus ditambah, namun jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang ada juga terbatas.
“Nah, ini yang sudah saya sampaikan kepada warga Surabaya, ayo dijogo. Karena BORnya sudah naik semua, bahkan (kamar) yang bukan ICU itu penanganan Covid-19 sudah di atas 80 persen. Dari kemarin 87 hampir 90 persen, dan turun lagi karena tambah bed. Tapi nakes kita kan juga terbatas jumlahnya,” tuturnya.
Maka dari itu, ia tak henti-hentinya memohon kepada warga agar saling menyisihkan lengan untuk bergotong-royong bersama dalam mencegah penyebaran Covid-19. Bagi dia, ketika warga itu menjaga diri sendiri dari Covid-19, maka secara tidak langsung dia juga melindungi kesehatan keluarganya.
“Karena itu saya minta tolong sama warga Surabaya, tolong jaga keluarga tercinta masing-masing. Kalau kita ngomong aku kuat tidak pakai masker, mungkin kita kuat, virus nempel di kita kuat. Kita kuat, terus pulang dan yang kena anak istri, nyesel (menyesal) tidak? Pasti nyesal kan. Tolong sadarlah, sadar kasihan keluarga kita, bukan orang lain,” ujarnya. ***