Bacaan Al Quran Sebagai Kado Terindah

Bacaan Al Quran Sebagai Kado Terindah
Anwar Hudijono

Oleh Anwar Hudijono (Penulis tinggal di Sidoarjo)

Andaikan kebahagiaan itu divisualkan dengan danau, maka dia adalah danau berisi air yang jernih, sejuk, baik diminum. Tatkala sinar matahari pagi menerpanya, akan membiaskan cahaya dengan segala pesonanya. Kuning, violet, jingga muda saling merajut bertindihan.

Danau itu dipagari taman dengan selaksa bunga yang menyebarkan semerbak mewangi. Kupu-kupu dan kerabatnya bersuka ria terbang kian kemari di antara bisikan angin yang lembut penuh sensasi. Landscape di belakangnya berupa pagar bukit hijau dan gunung-gunung yang tegak perkasa.

Aku yang didera dahaga, kepanasan, bercucuran keringat, berdebu menemukan danau itu. Maka, aku langsung mencebur. Di danau itulah aku mandi. Di situ aku berenang dan menyelam. Saat itu pula aku meminum sepuasnya. Saat itu pula aku luruh bersama totalitas kenikmatannya.

Kebahagiaan itu aku dapati karena mendapat kado bacaan ayat-ayat suci Al-Quran dari istri dan anak-anakku untuk ulang tahunku ke-40 plus, kemarin (Selasa, 22 Juni).

Kado semacam ini baru pertama kali saya terima. Ini benar-benar kado terindah dan teristimewa. Harkat kado ini menyeruak masuk ke relung hatiku laksana pusaran air yang masuk memenuhi sebuah palung samudera.
Mereka bergantian membacakan kadonya di hadapanku. Jika yang satu membaca lainnya menyimak. Seusai membaca kita bahas sedikit kandungannya.

Kado itu mengandung petunjuk, peringatan, pedoman bagi perikeberadaanku di umur yang plus 21 tahun ini. Artinya umurku 40 plus 21 tahun jadi total 61 tahun. (Gitu aja muter-muter. Bilang saja kalau sudah tuwir alias manula). Jumlah ini termasuk umur kematian.

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun. Dan sedikit dari mereka yang melebihi itu”. (Hadits Riwayat Turmudzi).

Umur segini haruslah banyak mengingat kematian. Dalam Hadits riwayat Ibnu Majah disebutkan, orang mukmin yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati, dan paling banyak dan baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati.

Rekayasa Ilahi

Surah-surah yang dibaca mereka juga menjelaskan soal kematian. Aku yakin ini tidak kebetulan. Melainkan rekayasa Ilahi untuk menampar aku yang masih ndablek, lengah, keras hati, terlena dengan segala yang asyik-asyik. Mengingatkan aku yang lebih banyak lupa bahwa ajal pasti akan menjemputku tanpa aku tahu waktu, tempat dan prosesnya.

Antara lain di surat Al Waqiah. Allah memberi pilihan kepada kita mau mati masuk ashabul (golongan) maimanah (kanan), ashabul masy’amah (kiri) atau As-sabiqunas sabiqun (orang terdahulu masuk surga).
Yang celaka itu kalau masuk golongan kiri (ayat 41-56). Tempatnya di neraka. Neraka itu setahu saya dinarasikan secara jelas. Blak-blakan. Seperti pula yang tertulis di surah Ad- Dukhan yang dibaca istriku. Tertera di ayat 43-48.

“Sungguh pohon zaqqum itu. Makanan bagi orang yang banyak dosa. Seperti cairan tembaga yang mendidih di perut. Seperti mendidihnya air yang sangat panas. Peganglah dia kemudian seretlah sampai ke tengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya azab (dari) air yang sangat panas.”

Banyak sekali kandungan surah-surah yang dikadokan itu yang intinya mengingatkan, memberi petunjuk, pedoman. Tatkala anak saya membaca Surah Ar Rahman, saya disentak dengan kalimat “fa biayyi alai rabbikuma tukaddziban” (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang sudah kamu dustakan?).

Pasti kenikmatan yang diberikan Allah sepanjang hidup saya tak bisa dihitung. Tapi saya merasa sudah banyak mendustakan. Astaghfirullah.

Saya bertekad, insya Allah menjadikan kado itu tidak berhenti di ulang tahun. Tapi akan menjadi ilham, pengingat, dan pegangan saya menjalani sisa umur yang sudah nggawing (hampir putus ini). Sambil selalu berdoa dan berbuat agar mati dalam keadaan husnul khatimah, mati dengan baik.

Sumber ilmu

Agar berkah kado bacaan Al Quran itu memantul ke istri dan anak-anakku, mereka aku ajak ngaji/diskusi bersama. Sebenarnya membaca Quran itu saja sudah mendapat berkah. Tiap huruf Al Quran itu mengandung satu kebaikan. Tapi Al Quran harus dipelajari, dipikirkan agar bisa mendapat pelajaran darinya. Mengenali petunjuknya. Lebih banyak lagi mendapat rahmat dan cahayanya.

Karena anak-anak ini masih masa gencar-gencarnya menuntut ilmu maka topik bahasannya juga seputar sains. Misalnya ketika sedikit membahas Surah Al Waqiah 75 sd 82. Di dalam ayat itu ada kandungan tentang sains. Tentu banyak lagi kandungannya. Sebab tiap satu ayat Al Quran itu memiliki sangat banyak pelajaran dan bisa dikaji dari banyak perspektif.