Sementara itu, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Surabaya Dedik Irianto menambahkan, sebenarnya pelaksanaan sosialisasi ini memang rutin digelar di perkampungan padat penduduk, terutama memasuki musim kemarau. Melalui simulasi tersebut diharapkan warga tidak panik dan mengerti apa yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran di lingkungannya.
“Alhamdulillah karena kami gencar sosialisasi ke RT/RW sebelum pandemi Covid-19. Alhasil kami sering tiba di TKK ternyata api sudah berhasil dipadamkan oleh warga. Artinya,masyarakat menjadi juru padam yang sebenarnya,” kata Dedik.
Dedik pun menghitung kenaikan tingkat pemahaman masyarakat terhadap pengendalian kebakaran dinilai sangat terasa dampaknya. Sebab, ia menghitung berdasarkan data tahun 2020 lalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan mencapai 25 persen.
“Jadi pada saat kejadian kabakaran, kemudian petuas tiba di lokasi sudah tinggal pembasahan bara-baranya. Kemudian memastikan suhu thermal apakah berpotensi terjadinya perambatan atau tidak. Karena sudah bisa dipadamkan oleh warga,” urainya.
Tidak hanya itu, Dedik memastikan, pihaknya juga membuat pemetaan Wilayah Menejemen Kebakaran (WMK). Bagi dia, WMK itu merupakan salah satu penentu dimana wilayah mana yang wajib dibangunkan pos dan perkampungan mana yang dinilai padat penduduk.
“Antisipasinya selain motor telah membuat dua titik lokasi hydrant kering untuk menjangkau TKK yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Karena ada pemukiman warga yang tidak dapat dilalui oleh motor. Jadi antisipasinya adalah hydrant kering,” ujarnya. ***